Close burger icon

HELLO THERE, SUPER USER !

Please Insert the correct Name
Please Select the gender
Please Insert the correct Phone Number
Please Insert the correct User ID
show password icon
  • circle icon icon check Contain at least one Uppercase
  • circle icon icon check Contain at least two Numbers
  • circle icon icon check Contain 8 Alphanumeric
Please Insert the correct Email Address
show password icon
Please Insert the correct Email Address

By pressing Register you accept our privacy policy and confirm that you are over 18 years old.

WELCOME SUPER USER

We Have send you an Email to activate your account Please Check your email inbox and spam folder, copy the activation code, then Insert the code here:

Your account has been successfully activated. Please check your profile or go back home

Reset Password

Please choose one of our links :

Yulio Piston: Romantisme Musik dan Sepak Bola

Author : Admin Music

Article Date : 10/02/2022

Article Category : Noize

Dua hal dalam judul di atas rasanya tidak akan pernah habis untuk dibahas dan memiliki banyak sekali cerita menarik, baik dari luar atau dalam negeri. Inggris, yang sering kali mengklaim diri sebagai tempat lahirnya sepak bola, adalah salah satu contoh negara dengan industri musik dan sepak bola yang terus berkembang pesat sampai hari ini. 

Kilas balik ke tahun 90-an, sebuah era di mana Inggris sukses membuat seluruh dunia menengok ke arah mereka melalui gelombang British Invasion. Oasis, Blur dan lainnya pecah di pasaran. Satu yang menarik di luar sisi keberkaryaan mereka adalah cinta mati kakak-beradik Liam dan Noel Gallagher kepada klub Manchester City, jauh sebelum klub kota Manchester tersebut namanya setenar sekarang. 

Damon Albarn, pentolan band Blur yang merupakan rival utama Oasis dalam merajai tangga-tangga lagu saat itu, juga dikenal sebagai seorang pendukung Chelsea. Albarn kecil tinggal di kawasan Notting Hill di London, dan rumahnya hanya berjarak 15 menit dari Stamford Bridge yang merupakan markas dari tim yang dijuluki The Blues. 

Lagu World In Motion dari grup elektronik/post punk New Order juga ternyata dipersembahkan secara khusus bagi The Three Lions saat mereka berlaga di Piala Dunia 1990 di Italia. Bahkan dalam klipnya, mereka menampilkan legenda hidup sepak bola Inggris, Paul Gascoigne. Hal yang sama juga dilakukan Manic Street Preachers, band rock alternatif terbesar di Wales ini membuat anthem Together Stronger (C'mon Wales) untuk menyemangati Gareth Bale dan kawan-kawan di gelaran Piala Eropa 2016. 

Dari strata yang lebih rendah, rivalitas West Ham United dan Millwall sudah diketahui sebagai salah perseteruan sepak bola terpanas seantero Britania Raya. Meski kedua klub nihil prestasi, dedikasi penggemarnya tidak perlu dipertanyakan lagi. Dari kelas pekerja dan kaum skinhead, sampai Steve Harris, bassist band metal terbesar di dunia Iron Maiden, atau Booze & Glory yang merupakan dedengkot Oi!, mengabdikan diri mereka untuk The Hammers, julukan untuk West Ham United. Tidak mau kalah, Millwall juga diwakili oleh nama beken seperti Lars Frederiksen, gitaris band punk Rancid.

Wayne Rooney, mantan bomber tim nasional Inggris dan Manchester United, juga dikenal begitu menyukai lagu-lagu dari band Arctic Monkeys, Bruce Springsteen, sampai Cat Stevens. Tapi adalah Stereophoenics yang ternyata menjadi band favorit nomor satu dari Wayne Rooney, Ia bahkan mentato judul album ketiga Stereophoenics, Just Enough Education to Perform di tangan kanannya. 

Pindah sedikit ke Belanda, siapa yang tidak mengenal sosok Ruud Gullit? Satu dari trio paling tenar milik Belanda sepanjang sejarah ini sempat merilis lagu bertema kritik sosial berjudul South Africa bersama band reggae bentukannya, Revelation Time. Di sana, Gullit bermain bass dan mengisi vokal latar. 

Tidak hanya itu, single pribadinya, Not the Dancing Kind juga sempat bertengger di papan atas chart di Belanda. Serunya, hal ini dilakukan tidak saat ia menikmati masa pensiun, tetapi ketika masih berstatus sebagai pemain Feyenoord. 

Ajax Amsterdam juga dikenal memiliki hubungan yang kuat dengan keluarga mendiang Bob Marley. Lagu Three Little Birds dijadikan anthem oleh para pendukung klub sepak bola Ibukota Belanda tersebut di mana pun mereka berlaga. Kedekatan kedua pihak terjalin semakin erat saat Ky Mani Marley, putra mendiang Bob Marley, diundang untuk mengumandangkan langsung lagu tersebut di Johan Cruyff Arena, hingga merilis jersey resmi dengan tema Three Little Birds dan warna merah-kuning-hijau di musim 2021-2022 ini. 

Dari dalam negeri, dua vokalis musik keras yaitu Stephanus Adjie dari Down For Life dan Fadhila Jayamahendra atau Aca dari Straight Answer, dikenal dekat dengan sepak bola lokal. Sebelum pandemi, Aca selalu menyempatkan datang ke stadion untuk mendukung langsung tim kebanggaan Ibukota, Persija Jakarta dan berjumpa dengan beberapa pemain seperti Bambang Pamungkas dan Marko Simic. 

Sedangkan Adjie, adalah salah satu yang sering meramaikan hashtag #JumatJersey di media sosial dengan mengenakan berbagai seragam tim sepak bola lokal di berbagai kegiatannya setiap hari Jum'at. Meski tidak memiliki satu tim yang khusus difavoritkan, loyalitasnya untuk sepak bola Indonesia tentu tidak perlu diragukan.

Begitu pun dengan Rian Ekky Pradipta dari D’ Masiv. Vokalis yang juga kolektor merchandise kelas satu ini dikenal sebagai pendukung Persija Jakarta dan Manchester United. Untuk urusan Setan Merah, tidak tanggung-tanggung, Rian beberapa kali terbang langsung ke Old Trafford hingga pernah bertemu beberapa legenda seperti Bryan Robson dan Ole Gunnar Solksjaer. Kecintaannya dengan sepak bola Inggris dimulai bersamaan pada saat band-band seperti The Divine Comedy, The Stone Roses, sampai Morrissey menjadi inspirasi utamanya dalam bermusik.

Satu yang mungkin belum banyak diketahui banyak orang mungkin kisah drummer dari Madonna of the Rock, band metalcore Jakarta yang pernah eksis sampai tahun 2012, banting stir dan sempat menjadi bek tangguh di klub Persita Tangerang di musim 2018/2019.

Image courtesy of Matushchak Anton/shutterstock

PERSONAL ARTICLE

ARTICLE TERKINI

Tags:

#yulio piston #supernoize #Musik #sepak bola

0 Comments

Comment
Other Related Article
image article
Noize

Rudolf Dethu: Muda, Bali, Bernyali

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Perilaku Individu Musik Indonesia di Era ‘Baby Boomers’ dan ‘Gen X’

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Yulio Piston: Tentang Menjadi Pengkritik Musik

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Sudah Saatnyakah Indonesia Punya Rock ‘n Roll Hall of Fame?

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Acum Bangkutaman: Mencari Band Buruk yang Berpengaruh

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Berkeliling Eropa Bersama Morgensoll dalam Eternal Tour 2023

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Pentingnya Paham Soal Hukum dalam Industri Musik

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Musisi Bertopeng dan Budaya Asalnya

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Menebak-nebak Masa Depan Vinyl Indonesia

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Catatan Perjalanan: EHG Forever, Forever EHG!

Read to Get 5 Point
image arrow
1 /