Sejak masa PPKM dilonggarkan, sebelum kita dibombardir dengan banyak festival musik dengan line up yang itu-itu saja, beberapa gig kecil telah duluan mencuri start dengan menampilkan band-band barunya. Gigs ini dibuat oleh kolektif yang sebagian besar adalah fans musik dari berbagai genre, Superfriends.
Mereka memanfaatkan cafe atau bar yang notabene adalah spot kecil untuk menampung bakat-bakat baru, nama-nama yang eksis tetapi berada di luar radar Industri. Digarap dengan reguler, saban akhir pekan, kalender acara diisi oleh puluhan gigs yang tersebar di tiap kota. Salah satunya adalah sebuah gig kecil yang berlangsung di kompleks M Bloc Space, Jakarta Selatan. Gig itu pun diharapkan bisa digelar secara reguler.
Gig tersebut menghadikan dua band yaitu Good Ol’ Dreams (Cirebon) dan Cram School (Bogor), serta dua solois yaitu Bella Fawzi dan Noni. Keempat penampil ini hadir dengan karakter uniknya masing-masing: Good Ol’Dreams dengan pop Indonesia-nya, Cram School dengan alternative rock-nya, Bella Fawzi dengan unsur pop etniknya, sedangkan Noni membawa unsur RnB yang kental, Superfriends.
Tamu-tamu secara khusus datang untuk event kecil ini. Namun sayangnya, tidak banyak fans dari masing-masing penampil yang datang, sehingga malam itu penonton lebih banyak yang menjadi pengunjung umum yang menghabiskan malam sepulang kerja. Saya pun yakin, dengan promosi yang lebih gencar lagi, bukannya tidak mungkin, ke depannya akan banyak rekan-rekan yang mengenal band ini untuk datang mengapresiasinya.
Superfriends, bicara tentang mengapresiasi band baru, beberapa gig lain juga digelar di lokasi yang sama yang turut menampilkan wajah-wajah baru di setiap showcase-nya. Nama-nama baru yang muncul itu dihadirkan untuk acara dengan konsep yang lebih intimate, rock, dan raw.
Beberapa kolektif yang dibangun oleh label rekaman independen seperti Kolibri, La Munai, dan Palmhouse juga rajin menggelar showcase mereka dan memasang nama-nama musisi baru sebagai line up nya. Di luar itu, kita terlebih dulu mengenal beberapa ruang kreatif seperti Ruang Rupa, Earhouse, dan Kios Ojo Keos yang terlebih dahulu mengapresiasi musisi baru untuk dipertontonkan ke pecinta musik secara luas. Ini baru Jakarta dan sekitarnya saja, belum bicara ratusan lebih kolektif musik di daerah yang tersebar di hampir seluruh provinsi di tanah air yang juga melakukan hal yang sama.
Hal ini menjadi bukti bahwa telah ada kesadaran kolektif yang dibangun oleh beberapa pihak sejak dulu untuk memberikan ruang apresiasi untuk nama-nama baru yang belum terekam di radar secara luas.
Apresiasi dan Regenerasi
Dua hal ini menjadi bertaut ketika sebuah apresiasi tinggi terhadap musisi baru akan berakibat makin terangkatnya mereka hingga bisa mendapatkan nama yang harum di musik Indonesia. Dua puluh tahun lalu, nama-nama seperti Naif, Netral, dan Pas Band sudah memulai lebih dulu di era 1990-an dengan panggung-panggung bawah tanahnya. Hal yang sama juga dialami White Shoes and The Couples Company, Seringai, Mocca, The SIGIT, The Brandals, Goodnight Electric, hingga The Adams. Band-band ini tidak akan besar seperti sekarang jika tidak dipupuk di sirkuit kecil seperti yang saya jelaskan di awal.
Tongkat estafet ini juga diteruskan oleh band-band di generasi setelahnya dari Barasuara, .Feast, The Panturas, hingga yang terbaru yaitu Perunggu. Nama-nama yang memulai dari sirkuit-sirkuit kecil hingga akhirnya mendapat pengakuan di masyarakat luas.
Saya rasa hari ini polanya akan tetap sama, Superfriends. Sirkuit-sirkuit kecil yang memuat nama-nama baru akan membidani lahirnya calon-calon potensial yang akan mendapatkan perhatian yang besar di musik Indonesia.
Saya senang bahwa pada akhirnya ada sebuah energi yang besar dari beberapa festival seperti M Bloc Fest yang menggelar festival panjang selama satu minggu yang berisi 95 persen musisi baru dari berbagai daerah. Mereka-mereka yang bermain di arena gig kecil akan diberikan ruang yang besar di festival ini dan bukan tidak mungkin akan ada dampak positif untuk musisi-musisi ini nanti untuk naik kelas ke arena bermain yang lebih besar lagi seperti festival umum.
Ke depannya, kita akan melihat nama-nama baru yang bisa setara dengan nama-nama yang saya sebutkan di atas. Syaratnya satu, budaya apresiasi harus terus dipupuk dan digenjot. Jika tidak, rasanya gig-gig kolektif ini akan sia-sia saja jika tidak didukung dengan apresiasi yang tinggi dari kalian, Superfriends.
Tulisan ini dibuat sebagai pengingat dan rasa hormat kepada segenap pihak dari kolektif, musisi juga masyarakat yang masih, mau, dan punya apresiasi terhadap musisi, terutama nama-nama baru, untuk regenerasi musik di masa yang akan datang.
Image source: Shutterstock
Please choose one of our links :