Author :
Article Date : 31/12/2019
Article Category : Noize
Berawal dari film legendaris The Wild One di tahun 50-an yang dibintangi oleh Marlon Brando. Terinspirasi dari keliaran dan kerusuhan gelaran acara motor yang terkenal dengan istilah "Hollister Riot" di California, di mana sejarah istilah “1%” disematkan kepada bikers oleh beberapa media dunia yg mengidentikan para bikers dengan image "jahat."
Tidak kalah fenomenal dengan sosok liar aktor James Dean yang dijuluki "One Speed Dean" dengan koleksi dan hobi motornya hingga mati di usia muda dengan cara yang tragis. Mereka berdua merupakan figur pemberontak yang memperkuat penyebaran arus gairah musik rock n' roll di era itu, yang mana secara kebetulan pada masa itu bersamaan dengan diciptakannya gitar Fender, radio transistor dan DJ radio sebagai booster pendukung berkembangnya musik rock n' roll.
Puncaknya, rock n roll berhasil dipopulerkan oleh seorang Elvis Presley di tahun 50-an, menjadikan rock n' roll sebagai label gaya hidup anak muda pemberontak pasca Perang Dunia ke-2, ketika sebagian besar kaum muda Amerika mengalami pergeseran perilaku dan psikologis sepulang mereka dari medan perang, menjadikan mereka lebih merasa frustasi dan cenderung melawan dari ketidaksesuaian. Merekapun mulai berkoloni dan membentuk geng-geng motor semacam Hells Angels, The Outlaw, The Pagans dan masih banyak lagi.
Tidak cukup di Amerika, di Eropa pun, tepatnya di London, Inggris muncul budaya anak muda penggila balap motor GP dan pendengar musik rockabilly, rock n’ roll, dan sejenisnya lewat mesin suara Jukebox. Mereka gemar nongkrong di café-café sambil kebut-kebutan dan menggelar balap liar, sehingga muncul sub-culture yang menjadi latar belakang munculnya aliran jenis motor cafe racer, yang mana penunggang motornya mereka sebut "rockers" hingga puncaknya terjadi sebuah keributan yang terkenal di tahun 60-an, yang kini diperingati sebagai agenda event motor tahunan di seluruh dunia, yaitu Mods vs Rockers, yang mana ini tidak terlepas dari pertentangan subculture dari masyarakat pencinta musik ska, soul, dan sejenisnya, dengan masyarakat pencinta musik rock n’ roll di daratan Inggris.
Dari sekilas cerita singkat latar belakang di atas menunjukan sebuah citra yang terbangun dari masyarakat penggemar motorcycle tidak terlepas dari musik pada era itu, dan industri yang berkaitan pun juga memanfaatkan momen ini sebagai perkembangan pasar bagi bisnis mereka. Dari industri fashion, musik hingga industri otomotif itu sendiri.
Di sisi lain hiruk pikuk rock n’ roll dan motorcycle, muncul subculture dari mereka yang dianggap konservatif, para masyarakat pencinta musik folk yang sebagian lahir dari anak-anak muda hippies dengan ikon mereka semacam Bob Dylan yang mengalami kecelakaan misterius bersama motornya hingga harus vakum bermusik hingga beberapa tahun, yang mana hal ini berpengaruh terhadap sejarah musik folk dan rock n' roll di era itu, kemudian ada Arlo Guthrie yang terkenal dengan lagu hitnya "The Motorcycle Song" di tahun akhir 60-an hingga populer di era 70-an, di mana mereka menganggap "motorcycle" bukanlah simbol pemberontakan, liar dan jahat yang selama ini dibentuk oleh industri motor adalah media perlawanan sebagai pelarian dari arus kebisingan kota dengan kompleksitas industrinya, sebuah khas perlawanan music-musik folk dengan kritik sosialnya.
Serasa tak terbendung geliat rock n' roll dan motorcycle semakin mewabah mempengaruhi perilaku, tidak hanya penggemar musik bahkan musisi-musisinya terhitung dari tahun 50-an, 60-an hingga menyeruak di tahun 70-an. Hadirnya kedekatan geng motor dengan para rockstar semacam Hell's Angels yang dijadikan bodyguard di konser Rolling Stones yang berakhir dengan insiden pembunuhan, kemudian ketika Hell's Angels memutuskan secara sukarela menjadi pengawal Motorhead dan Lemmy, sang vokalis menciptakan sebuah lagu dedikasi untuk Hell's Angels yang berjudul "Born to Lose (Iron Horse)” di album perdananya tahun 1977. Kemudian ada John Bonham, drummer Led Zeppelin dengan kegemaran perilaku liarnya bermotor ria di lorong-lorong hotel.
Mungkin motor sudah menjadi media berekspresi atau sekadar aktivitas refreshing bagi para musisi dunia mulai dari era 50-an hingga sekarang. Tercatat ada Elvis Presley, Jimi Hendrix , Bob Dylan, John Bonham, Lemmy Kilmister, Alice Cooper, Steven Tyler, Jon Bon Jovi, Mike Dirnt, Dave Grohl dan masih banyak lagi.
Sedangkan di Indonesia, pertama kali rocker yang membawa pengaruh budaya motorcycle adalah almarhum Gito Rollies di tahun 70-an seperti yang dimuat dalam sampul majalah Aktuil dan ada juga film legenda anak muda era itu Ali Topan Anak Jalanan di tahun 1977. Kemudian meredup di era 90-an bersamaan dengan meredupnya era glam rock, bergulir hingga sekarang dan bereinkarnasi menjadi marak kembali.
Motorcycle culture dan musik "rock" bangkit lewat lagu-lagu dari Naif, Seringai, The Changcuters dan sebagainya tidak menutup kemungkinan generasi baru menghidupkanya kembali dengan warna-warna musik yang baru.
Kini budaya motor dan musik rock berkembang menjadi sebuah kolaborasi yang lebih luas di bidang industri kreatif, seperti halnya perkembangan pesat terjadi di motor kustom, fashion, visual art hingga industri otomotif itu sendiri. Sebuah legacy dari budaya motor dan musik rock yang diwariskan bukan tentang seberapa mahal motor dan perangkat musik kalian, tapi tentang semangat "perlawanan dan kebebasan" yang kita ekspresikan lewat motor dan musik kita. Let's start your engine and play loud.
***
Tidak hanya perilaku, tapi juga berpengaruh terhadap karya-karya musik rock yang melegenda dari era 60-an hingga awal 90-an yang bertemakan tentang motor, di antaranya:
1. "Born To Be Wild" oleh Steppenwolf (1968)
2. "Ballad of Easy Rider" oleh Roger McGuinn (Easy Rider, 1969)
3. “Midnight Rider" oleh Allman Brothers (Idlewild South, 1970)
4. "Ezy Ryder" oleh Jimi Hendrix (The Cry of Love, 1971)
5. "Bad Motor Scooter” oleh Montrose (1973)
6. "Bat Out of Hell" oleh Meat Loaf (1977)
7. "Iron Horse / Born to Lose" oleh Motorhead (1977)
8. "The Motorcycle Mama" oleh Neil Young (Comes a Times, 1978)
9. "Hell Bent for Leather" oleh Judast Priest (Hell Bent for Leather,1978)
10. " Motorcycleman " oleh Saxon (Wheels of Steel, 1980)
11. "Desert Plain" oleh Judas Priest (Point of Entry, 1981)
12. "Live to Ride , Ride to Live" oleh Twisted Sister (You Can’t Stop Rock n' Roll, 1983)
13. "Freewheel Burning" oleh Judas Priest (Defenders of the Faith, 1984)
14. "Wanted Dead of Alive" oleh Bon Jovi (Slippery When Wet, 1986)
15. "Electric Gypsy" oleh LA Guns (self titled, 1988)
16. “Ride the Wind" oleh Poison (Flesh and Blood, 1990
*Penulis adalah seorang musisi punk rock dan hanya penunggang harian cafe racer ber-cc kecil yang kini kembali bermotor, setelah tahun 1996 berhenti bermain motor kustom. Salah satu penggerak gerakan kemanusiaan bermotor dari skena musik lokal Surabaya
Please choose one of our links :