Close burger icon

HELLO THERE, SUPER USER !

Please Insert the correct Name
Please Select the gender
Please Insert the correct Phone Number
Please Insert the correct User ID
show password icon
  • circle icon icon check Contain at least one Uppercase
  • circle icon icon check Contain at least two Numbers
  • circle icon icon check Contain 8 Alphanumeric
Please Insert the correct Email Address
show password icon
Please Insert the correct Email Address

By pressing Register you accept our privacy policy and confirm that you are over 18 years old.

WELCOME SUPER USER

We Have send you an Email to activate your account Please Check your email inbox and spam folder, copy the activation code, then Insert the code here:

Your account has been successfully activated. Please check your profile or go back home

Reset Password

Please choose one of our links :

Arief Blingsatan: Musik Religi Indonesia dari Masa ke Masa

Author : Admin Music

Article Date : 25/04/2022

Article Category : Noize

Di bulan Ramadan ini kita mencoba sedikit mengupas tentang perkembangan musik religi yang bernuansa islami di Indonesia. Saat ini musik religi yang cukup populer datang dari solois ternama Opick dengan lagu Tombo Ati atau grup Sabyan Gambus yang mewakili generasi milenial. 

Bebicara musik religi, Indonesia mempunyai cerita yang panjang dari masa ke masa dan kini popularitasnya semakin meluas, bahkan merasuk di kehidupan masyarakat penikmat musik Indonesia. Berikut sekilas tentang perkembangan musik religi dari masa ke masa.  

Diawali pada tahun 1960-an saat nama band legendaris Bimbo muncul sebagai grup musik yang terkenal dengan lagu-lagu religinya. Walaupun tidak semua lagunya bertema reiligi, tetapi lagu religi Bimbo sangat populer dan dinikmati oleh masyarakat Indonesia, misalnya lagu Tuhan dan lagu Sajadah Panjang. Sejak kemunculannya pada tahun 1967, Bimbo tercatat telah merilis 800 lagu dalam 200 album. 

Musik religi terus berkembang, pada tahun 1970-an muncul Nasida Ria, yaitu grup yang digawangi oleh 9 wanita dengan aliran kosidah moderen dan terbentuk pada tahun 1975. Nasida Ria berasal dari kota Semarang dan diklaim sebagai grup musik kasidah modern tertua di Indonesia yang terkenal dengan hits Kota Santri di era 1980-an. 

Memasuki era 1980-an, musik religi Indonesia sedikit mengalami stagnasi dengan warna yang kurang variatif. Di antara sejumlah musisi religi yang ada, solois Hadad Alwi hadir dengan lagu-lagu yang tetap dalam nuansa timur tengah, seperti album Cinta Rasul yang dirilis tahun 1999 dan menjadi album religi tersukses di masa itu. Hadad Alwi juga berkolaborasi dengan solois lain, seperti Gita Gutawa dan Tasya dalam album Jalan Cinta 2. 

Era 1990-an adalah masa-masa keemasan musik secara universal, begitu juga yang terjad pada musik religi. Sampai awal tahun 1990-an, lagu religi dari era 1960-an, 1970-an, dan 1980-an identik dengan aransemen nuansa timur tengah, yang sebagian dari masyarakat beranggapan belum benar-benar populer masuk ke selera penikmat musik Indonesia yang luas. 

Di tengah stagnasi tersebut, pada tahun 1992 Dwiki Dharmawan dan AGS Arya Dwipayana muncul dengan gebrakan baru dengan membuat tembang religi yang berpijak pada akar pop. Lagu Dengan Menyebut Nama Allah yang dibawakan oleh Novia Kolopaking sukses diterima oleh masyarakat luas. Banyak band dan solois yang membawakan ulang lagu tersebut, di antaranya Ita Purnamasari, Rita Effendy, Warna, Nagita Slavina, Marshanda, Gigi, dan lain-lain.

Lagu Dengan Menyebut Nama Allah sukses dan menjadi salah satu tembang religi terbaik yang pernah dibuat musisi Indonesia. Kesuksesan berlanjut seteah Rita Efendi membawakan lagu Maha Melihat Maha Mendengar karya Arie A. dan Sekar Ayu Asmara.

Menyusul di tahun berikutnya, lagu Ketika Tangan dan Kaki Berkata menyeruak di permukaan lewat warna khas karya musisi legendaris, yaitu Chrisya di album Kala Cinta Menggoga yang rilis tahun 1997. Album ini tak hanya berisi pesta pora romantisme, tetapi juga ada lagu dengan refleksi paling dalam dari Chrisye untuk Sang Illahi. Ketika Tangan dan Kaki Berkata bukan sekadara lagu, melainkan puisi kontemplatif yang didengungkan. 

Disusul dengan lagu Pagi Ramadhan yang dibawakan oleh Rida Sita Dewi dengan riang gembira dan menjadi sebuah terobosan ketika lagu religi lekat dengan ratapan. Yang membuat istimewa dari lagu ini adalah ciri khas harmonisasi group vokal trio, sehingga menjadikan lagu ini segar dinikmati. Lagu karya M. Luqman dan Agus Snada ini ditutup dengan lantunan do'a yang menekankan bahwa lagu ini adalah lagu religi yang bermakna

Yang menjadi fenomelal di era itu adalah lagu Hanya Tuhan yang dibawakan oleh Anang dan Krisdayanti sebagai ucapan syukur atas meledaknya album debut duet mereka. Hanya Tuhan dinyanyikan dengan cara unik. Anang Hermansyah mempertahankan karakter rock, sedangkan Kris dayanti memilih setia pada cengkok pop manisnya. 

Memasuki era 2000-an, lagu-lagu religi didominasi oleh band-band pop papan atas, seperti Ungu dengan lagu hits Surgamu. Lagu ini sangat populer dan melekat cukup lama di penikmat musik Indonesia. 

Kemudian, ada juga band Wali yang konon personilnya pun lulusan pondok pesantren. Tak ayal, banyak lagu dari band ini yang bernuansa alami, sehingga menjadikan lagu-lagu Wali diterima oleh masyarakat serta disampaikan dengan lirik yang lugas dan easy listening. Lagu hits yang sangat melekat di masyarakat adalah Tobat Maksiat. 

Nama berikutnya adalah GIGI yang digawangi oleh musisi-musisi terkenal akan kualitas musikalitasnya. Band ini sukses menunjukkan sisi menarik dalam membawakan lagu religi. Mereka mengaransemen ulang beberapa lagu religi dalam balutan musik rock, seperti Pintu Sorga, Perdamaian,  dan Kota Santri. Namun, salah satu yang paling populer adalah lagu Kusadari (Akhirnya) yang dibawakan secara akustik.

Tak kalah dengan band-band lain, Noah larut dalam gelombang eksistensi lagu-lagu religi dengan mengaransemen ulang lagu Sajadah Panjang karya Bimbo yang dibawakan dengan apik dan sempurna.

Selanjutnya, ada pula D’Masiv yang merilis lagu-lagu religi dan membawa kesuksesan pada tahun 2009. Hits Mohon Ampun meledak di tengah penikmat musik Indonesia kala itu. Pada tahun 2016, band ini merilis album religi dan beberapa proyek single, di antaranya bersama Raef dan Shakira Jasmine. 

Di sisi lain, Debu masih bertahan dengan karakter yang kuat dan mempunyai penggemar sendiri, serta Snada dengan nuansa Nasyid yang kental. 

Keberadaan musik religi semakin berkembang hingga era milenial yang memunculkan ikon musisi religi baru, yaitu Sabyan Gambus yang merupakan band asal Jakarta dan telah merilis 3 abum, yaitu Ya Maulana pada tahun 2018, Bismillah pada tahun 2019, dan yang terbaru Kekasih Terbaik pada tahun 2022, dengan hits single yang melejit dan populer, yaitu Ya Maulana. 

Secara khusus, kita mencoba menilik sesuatu yang lebih dalam tentang musik religi yang tersirat dalam lirik, Dewa 19 adalah band yang sarat lirik-lirik spiritual dan religius, konon banyak menganggap Ahmad Dhani sebagai penulis lagu banyak mengutip lirik dari karya - karya Khalil Gibran.

Di antara sekian banyak lagu yang diciptakan Ahmad Dhani baik di Dewa19 maupun proyek kolaborasinya, lagu yang sangat lugas pesan religiusnya adalah Kuldesak, Jika Surga Neraka Tak Pernah Ada, dan Persembahan dari Surga.

Tidak hanya di jalur musik pop, di genre sidestream seperti metal, punk, dan rap , musik bertema religi juga berkembang searah, baik dari konsep band dengan karya album ataupun single. Beberapa di antaranya yang bergenre metal yaitu Tengkorak, Purgatory, dan Roots of Madinah. Dalam genre punk ada Lowdick di tahun 2013 dan Blingsatan di tahun 2005 dengan lagu Mati di album Street Rock. Kemudian di hiphop ada Ebith Beat A, Sajaad Ali featuring Iwa K, dan mungkin masih banyak lagi.

Begitulah sekilas perkembangan musik religi di Indonesia, ada hal yang bisa kita petik bahwa musik adalah media untuk menyampaikan sesuatu, termasuk hal-hal baik yaitu religi.

PERSONAL ARTICLE

ARTICLE TERKINI

Tags:

#arief blingsatan #Musik Religi #Musik Islami #Band #solois #Supernoize

0 Comments

Comment
Other Related Article
image article
Noize

Rudolf Dethu: Muda, Bali, Bernyali

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Perilaku Individu Musik Indonesia di Era ‘Baby Boomers’ dan ‘Gen X’

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Yulio Piston: Tentang Menjadi Pengkritik Musik

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Sudah Saatnyakah Indonesia Punya Rock ‘n Roll Hall of Fame?

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Acum Bangkutaman: Mencari Band Buruk yang Berpengaruh

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Berkeliling Eropa Bersama Morgensoll dalam Eternal Tour 2023

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Pentingnya Paham Soal Hukum dalam Industri Musik

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Musisi Bertopeng dan Budaya Asalnya

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Menebak-nebak Masa Depan Vinyl Indonesia

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Catatan Perjalanan: EHG Forever, Forever EHG!

Read to Get 5 Point
image arrow
1 /