Band Bali, Milledenials, Merilis Debut EP '5 Stages of Doomed Romance'

Bali bukan cuma dikenal karena sajian alam, wisata, dan kebudayaannya tetapi juga musisi-musisi berbakat yang lahir di Pulau Dewata. Salah satu di antara mereka dan terbilang wajah baru adalah Milledenials.

Unit Emogaze yang dihuni oleh Nadya Narita (vocal), Billy Sukmono (bass), Made Krisna (guitar), Bagus Aditya (guitar) dan Darin Vidaswara (drum) ini baru saja melepas Extended Play (EP) perdana yang diberi tajuk '5 Stages of Doomed Romance' pada 10 September lalu.

Langkah Milledenials dalam mini album debut mereka terbilang nekat. Pasalnya mereka melepas EP tersebut dalam format cakram padat terlebih dulu yang dibantu oleh Skullism Records berbarengan dengan beberapa pilihan bundle package.

Baru satu minggu setelah perilisan awal itu, Milledenials baru melepas dalam format digital. Sementara menyoal tema besar di mini album ini, Milledenials menyuguhkan 5 cerita dari 5 bentuk emosi dalam sebuah fase patah hati.

Sebuah pengembangan dari teori psikologi ‘5 Stages of Grief’ yang dikenal dengan fase anger hingga acceptance, ditambah dengan balutan cerita-cerita pribadi dari masing-masing personel.

Fase-fase ini bisa dilihat dan dirunut dari masing-masing nomor yang ada di dalam EP. Contohnya dari single pertama, 'Kenneth'. Sejak detik pertama, teriakan vokal dari Nadya langsung membuka repertoar nan singkat dengan penuh energi, diiringi oleh raungan distorsi gitar yang kental dengan nuansa shoegazenya dan hentakan drum yang hadir berbarengan, seakan menambah kesan kemarahan atau anger sebagai fase awal dari patah hati.

Milledenials sendiri sering kali disebut pengusung gaya musik Midwest Noise Emo. Mereka terbentuk dari hubungan asmara yang gagal dan gundah gulana dari para anggotanya. Milledenials terbentuk pada tahun 2020 awalnya hanya sebagai proyek kreatif setengah hati yang berujung serius setelah menyelam ke sesi jamming yang lebih mendalam.

Milledenials menyampurkan elemen genre punk rock, shoegaze dan dream pop ke dalam satu komposisi musik yang menyemburkan alunan nada-nada fuzzy. Yang dirasa pas bagi mereka untuk menyalurkan permainan kata melankolis di seluruh liriknya yang menghasilkan chemistry intrapersonal yang kompleks. Secara keseluruhan, kesan pertama dari band alternatif rock ini adalah gerombolan “Generasi Milennial” yang berada di “Fase Penolakan”.

Milledenials mulai menginjakkan kaki ke dalam dapur rekaman dengan mengeluarkan single debut “Acceptance” pada 25 Oktober 2020. Judul lagu itu sendiri berasal dari satu dari lima tahap kesedihan hingga proses penyembuhannya dengan mengubah makna perpisahan yang menyakitkan menjadi proses kreatif yang progresif baik. 

Single Acceptance memadukan alunan musik yang lebih nekat yang pada akhirnya mengangkat kepercayaan diri para personil band untuk selalu memainkan genre musik yang mereka idamkan. Untuk single pertama ini, Milledenials merilisnya secara DIY (Did It Yourself).

Mereka kemudian bergabung dengan Skullism Records [ada Desember 2020. Bersama label ini, Milledenials merilis single kedua ‘Deny, Denial’, pada 24 Januari 2021. 

Untuk single ketiga, 'Permanent Fling' dirilis oleh Milledenials pada 14 Mei lalu. ‘Permanent Fling’ dibalut secara sangat personal oleh mereka baik dari lirikal maupun musikal.

“Sejujurnya, materi dari single kali ini terasa lebih ‘Acceptance’ dibanding materi pertama mereka. Pun secara lirikal, lagu ini menarasikan tentang ‘being desperately in love with someone you can’t have and realizing that it’s not their fault but your failed expectations.” Tutur Milledenials dalam siaran persnya.

Lirik yang ditulis oleh Darin Vidaswara ini tercipta setelah mendengar curahan hati temannya di salah satu warung lalapan. “This is one of the 2000ish emo lyrics by far I have ever written. It’s not about me and I wish people start managing their expectations. You know, being emotionally stuck at false hope is quite frustrating and expecting too much is somewhat selfish,” jelas Darin.

Image source: Milledenials