Superfriends, sebagai salah satu olahraga paling populer di dunia, Sepakbola udah nggak asing lagi sama pengaruh dari perkembangan teknologi. Mulai dari cara pembuatan bola, perangkat yang digunakan di lapangan, sampai sistem program untuk asisten pelatih kayak VAR! Termasuk di salah satu teknologi baru yang diterapkan dalam sepakbola adalah Goal Line Technology, yang pasti sering lo lihat di pertandingan-pertandingan liga besar Eropa kayak Premier League.
Goal Line Technology pertama kali diterapkan dalam sepakbola pada tahun 2012 setelah lolos uji coba di Liga Denmark dan dianggap telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh FIFA, yaitu hanya bisa memutus perkara yang berhubungan dengan gol, harus akurat, harus cepat hingga bisa menentukan putusan dalam kurang dari satu detik, dan bisa mengkomunikasikan informasi tentang gol hanya ke officials yang terlibat dalam pertandingan. Meskipun kerap dikenal dengan sebutan Goal Line Technology, sebenarnya ada banyak jenis yang diijinkan oleh FIFA dan IFAB. Ada Hawk-Eye, GoalRef, dan Goal Control. Meskipun memiliki nama yang berbeda dan dibuat oleh perusahaan yang berbeda juga, cara kerja 3 teknologi ini hampir sama, Superfriends.
Tujuan yang ingin dicapai dari penerapan Goal Line Technology bukan menjadikan teknologi sebagai pengganti wasit, Superfriends. Gol yang bolanya menyentuh net gawang atau udah jelas banget melewati garis itu udah jelas bisa diputuskan oleh wasit, yang sulit adalah kalau bola cuma sedikit melewati garis, atau udah lewat tapi ada faktor yang membuat bola itu keluar lagi. Bisa dari manipulasi oleh tangan kiper, atau backspin dari putaran bola. Nah, just in case keadaan kayak gitu terjadi, dibutuhkan perangkat pembantu untuk bisa memberitahu para officials kalau gol udah terjadi. Hal ini berhubungan juga sama cara kerja Goal Line Technology dan dalam menentukan batasan-batasannya.
Goal Line Technology menggunakan sejumlah kamera high-speed yang memantau garis gawang, dilengkapi dengan sensor khusus yang bisa mendeteksi ketika ada bola melewati garis. Jumlah kamera yang digunakan umumnya ada 6, dan mencakup semua sudut di sekitar gawang. Jadi, kalau bola melewati garis tapi terhalang pemain di satu sisi, kamera dan sensor di sisi lain tetap bisa mendeteksi, Superfriends. Kalau kamera menerima tanda gol telah terjadi, akan ada perangkat khusus lainnya yang meneruskan pesan ke jam tangan yang dipegang oleh wasit. Dari sana, wasit bisa menentukan apakah gol terjadi atau nggak. Jadi, nggak selalu bergantung sama penilaian Goal Line Technology. Cara pengambilan keputusan itu merupakan pembelajaran juga dari kendala-kendala yang pernah dihadapi officials terkait Goal Line Technology dan VAR.
Sebelumnya, pernah ada beberapa insiden yang membuat IFAB meragukan kapabilitas serta kredibilitas VAR dan Goal Line Technology. Satu insiden terjadi di Liga Perancis di mana Goal Line Technology nggak ngasih sinyal gol ke wasit, membuat teknologi Goal Control di suspend sementar. Insiden lain juga terjadi di Liga Inggris di mana bola yang udah masuk gawang ditepis keluar, dan nggak ada sinyal gol dari Goal Line Technology, meskipun replay dengan jelas menunjukkan bola udah melewati garis. Makanya, wasit dan officials lainnya nggak bisa sepenuhnya bergantung sama teknologi, Superfriends!
Melihat penerapan Goal Line Technology ini masih sesekali menemui problema teknis, kalau Liga 1 Indonesia mengadopsi teknologi kayak gini menurut lo bakal jadi solusi atau malah menimbulkan masalah baru?
PERSONAL ARTICLE
ARTICLE TERKINI
Source:https://www.fifa.com/technical/football-technology/standards/goal-line-technology
Please choose one of our links :