Close burger icon

HELLO THERE, SUPER USER !

Please Insert the correct Name
Please Select the gender
Please Insert the correct Phone Number
Please Insert the correct User ID
show password icon
  • circle icon icon check Contain at least one Uppercase
  • circle icon icon check Contain at least two Numbers
  • circle icon icon check Contain 8 Alphanumeric
Please Insert the correct Email Address
show password icon
Please Insert the correct Email Address

By pressing Register you accept our privacy policy and confirm that you are over 18 years old.

WELCOME SUPER USER

We Have send you an Email to activate your account Please Check your email inbox and spam folder, copy the activation code, then Insert the code here:

Your account has been successfully activated. Please check your profile or go back home

Reset Password

Please choose one of our links :

Daniel Mardhany

Author :

Article Date : 30/04/2020

Article Category : Noize

Work From Home adalah hal yang selalu saya lakukan hampir setengah dekade sejak lalu saya mengundurkan diri sebagai production assistant di salah satu TV swasta. Saat itu saya memilih untuk fokus dengan usaha saya dan kegiatan bermusik saya. Pada saat itu, dua kegiatan itu semakin menyita waktu juga semakin menjanjikan secara finansial . Saya memulai bisnis clothing Dhroned bersama teman saya Ronal yang juga merupakan vokalis Carnivored sejak 2002, dan mulai cukup serius sebagai "musisi" pasca Deadsquad merilis Horror Vision di tahun 2009.

Dari dulu sampai sekarang, Dhroned HQ berada di rumah orang tua dan dekat dengan rumah yang saya tinggali sekarang. Proses quality control, packaging, internal meeting, pembukuan dan tetek bengek lainya di lakukan di rumah. Jadi "work from home" adalah keseharian saya di luar aktivitas bermusik. Dhroned memiliki dana untuk menyewa tempat tapi kami merasa lebih nyaman melakukan semuanya di rumah. "Pekerjaan"  itu terasa sebagai aktivitas harian di rumah saja.

Di saat melihat para musisi lain jamming virtual, sebenernya saya iri karena saya tidak bisa melakukan itu (lebih tepatnya sikonnya tidak memungkinkan). Di rumah ini tak ada ruangan tanpa peredam, lingkungan saya saat ini sangat sunyi dengan backsound suara jangkrik, tokek dan binatang lainya yang sering terdengar jelas tanpa kenal siang dan malam. Kalau saya teriak-teriak/main gitar gak jelas pasti akan ditegur tetangga/security, haha. Maka saya lebih memilih menenggelamkan diri saya dalam bisnis/kerjaan saya di rumah. Sambil bekerja saya dapat mendengarkan kaset, CD, vinyl yang sesuai dengan mood saya hari itu . Mood bagi saya sangat berpangaruh dalam proses kerja dan juga proses kreatif di dalam Dhroned. Belum lama ini Dhroned mengeluarkan masker dengan tulisan "dead skin mask." Ide itu datang saat saya sedang relaksasi sambil mendengarkan album Season in the Abyss milik band thrash metal favorit saya, Slayer.

Ide membuat celana cargo dengan nama "hiking metal punks" juga terinpirasi dari judul lagu Darkthrone. Cutting celananya dicolong dari celana yang dikenakan Fenriz (pentolan Darkthrone) di film Until the Light Takes Us yang saya tonton di waktu senggang saat di rumah.

Banyak sekali ide yang saya dapatkan di rumah untuk mengerjakan bisnis sampai proses kreatif saya sebagai vokalis yang mengemban peran tunggal sebagai penulis lirik. Sejak himbauan stay at home dari pemerintah saya lebih banyak menulis lirik-lirik kasar, puisi dan juga tulisan novel fiksi absurd bernafas apokalitik yang rencananya akan saya terbitkan di akhir/pertengahan tahun ini. Bocorannya dapat dilihat di highlight IG story saya (@possessedtomerch).

Oh iya, saya juga jadi punya waktu menyortir benda dan barang yang saya sudah bosan untuk dijual di akun dagangan saya @junkspaceforthemass. Ya walaupun penjualan tidak sebagus sebelum pandemi berlangsung setidaknya saya mempunyai pemasukan pasti yang tidak pasti dari transaksi yang terjadi via akun tersebut. Tidak semua barang saya jual kadang saya memilih barter dan saya mendapatkan barternya via interaksi dunia maya.

Bagi saya, di rumah saja selama ada listrik dan koneksi internet berarti roda perekonomian bisa tetap berjalan, walaupun kadang cepat, kadang lambat tapi setidaknya tetap bergerak. Saya cukup terbiasa dengan kejenuhan karena keseringan di rumah saja, tapi banyak cara untuk mengusirnya walau hanya sejenak. Sambil mendengarkan musik melalui media yg berbeda-beda (turntable, CD player, tape player, kadang digital). Saya kadang menyusun ulang rak koleksi rilisan fisik saya yang sering kali berantakan. Misalnya disusun berdasarkan genre dan alpabetikal, yang nantinya akan mempermudah saya dalam memilih rilisan ataupun buku yang ingin saya nikmati.

Balik lagi ke bisnis, ada istilah "Rezeki (khususnya yang berupa uang) tak akan tertukar" itu tidak berlaku bagi saya pribadi. Jika saya tidak "gesit" dan gencar berpromosi, rezeki berupa uang tersebut akan masuk ke rekening atau kantong orang lain dengan medan dan target bisnis yang sama.

Terimakasih Nikolas Tesla atas penemuan beliau yaitu listrik. Karena listrik mungkin pondasi dunia modern/peradaban digital saat ini dan masa yang akan datang. Mencari rezeki bisa dari mana saja, dari atas gunung sampai dasar laut jadi mungkin karena adanya listrik. Tapi untuk saat ini mayoritas manusia dirumahkan dan dikodratkan untuk tetap bekerja/berusaha demi bertahan hidup atau mengembangkan usaha yang telah dijalankan. Bayangkan bila pandemi ini terjadi sebelum adanya listrik? Mungkin akan lebih banyak korban karena harus tetap berinteraksi sosial dengan cara bersentuhan di dunia nyata. Di tengah krisis ekonomi dan status dirumahkan seperti ini, saya merasa otak saya harus bekerja lebih ekstra. Rasa bosan, kejenuhan dapat datang kapan saja sama seperti saat sebelum virus ini bebas berkeliaran.

Untuk kalian yang dirundung kesialan karena kehilangan pekerjaan/pekerjaan kalian tertunda karena pandemi ini jangan terlalu berkecil hati. Saya juga mengalami hal ini, sempat di posisi frustrasi, atau secara medis saya depresi karena kenyataan yang terjadi di awal tahun ini. Saya memutar otak bagaimana cara untuk tetep bertahan. Mungkin "kutukan" ini mengajarkan kita cara untuk survive dan lebih adapsional dengan keadaan.

Setelah melalui trial and error akhirnya saya memulai bisnis frozen food yang "segmented" bersama kawan saya untuk menyuplai hidangan bagi mereka yang di rumah saja. Habis gelap selalu ada kegelapan yang lebih pekat dan kita dipaksa untuk tetap siap berteman dan bersimbiosis dengan kegelapan itu. Gelap akan tetap jadi teman setia. Tinggal bagaimana kita mencari cara berteman akrab dengannya. Mungkin harus dimulai dari fase bangkit dari frustrasi dan memakai otak dan fisik dengan cara yg baru.

PERSONAL ARTICLE

ARTICLE TERKINI

Tags:

#Daniel Mardhany #DEADSQUAD #swakarantina #coronavirus #covid-19

0 Comments

Comment
Other Related Article
image article
Noize

Rudolf Dethu: Muda, Bali, Bernyali

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Perilaku Individu Musik Indonesia di Era ‘Baby Boomers’ dan ‘Gen X’

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Yulio Piston: Tentang Menjadi Pengkritik Musik

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Sudah Saatnyakah Indonesia Punya Rock ‘n Roll Hall of Fame?

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Acum Bangkutaman: Mencari Band Buruk yang Berpengaruh

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Berkeliling Eropa Bersama Morgensoll dalam Eternal Tour 2023

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Pentingnya Paham Soal Hukum dalam Industri Musik

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Musisi Bertopeng dan Budaya Asalnya

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Menebak-nebak Masa Depan Vinyl Indonesia

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Catatan Perjalanan: EHG Forever, Forever EHG!

Read to Get 5 Point
image arrow
1 /