Close burger icon

HELLO THERE, SUPER USER !

Please Insert the correct Name
Please Select the gender
Please Insert the correct Phone Number
Please Insert the correct User ID
show password icon
  • circle icon icon check Contain at least one Uppercase
  • circle icon icon check Contain at least two Numbers
  • circle icon icon check Contain 8 Alphanumeric
Please Insert the correct Email Address
show password icon
Please Insert the correct Email Address

By pressing Register you accept our privacy policy and confirm that you are over 18 years old.

WELCOME SUPER USER

We Have send you an Email to activate your account Please Check your email inbox and spam folder, copy the activation code, then Insert the code here:

Your account has been successfully activated. Please check your profile or go back home

Reset Password

Please choose one of our links :

Dewo Iskandar: Pilih Ngeband atau Solo?

Author : Admin Music

Article Date : 16/07/2022

Article Category : Noize

Pada awalnya, role model bermusik pertama gue itu bokap dan nyokap gue. Mereka kuat dalam bersolo karir, namun pernah juga punya path dengan cara membuat grup band. Awalnya gue kira, mereka lebih firm secara solo saja. Tetapi lama-lama gue sadar semua ada plus minusnya. Terutama ketika gue liat bokap di OM PMR. 

Hal itu juga yang gue rasakan ketika ngeband bersama Saptarasa dan dulu saat bersama THE GRGTZ. Makin ke sini, makin banyak musisi format solois yang fresh. Gue angkat topi buat mereka. Karena jujur, menurut gue, solo project itu lebih susah. Tapi bukan berarti gak ada kelebihannya. Jadi apa saja kelebihan dan kekurangan menjadi musisi solois dan ngeband? Simak penjelasannya berikut ini ya, Superfriends!

  1. Brainstorming

    Ketika ngeband, akan ada banjir rencana dan ide yang mengalir di semesta band lo. Itu bisa baik, bisa juga buruk. Baik karena ide-ide cemerlang akan melesat bebas dari tiap kepala sehingga tercipta visi misi band yang mungkin bisa membentuk arah band. Namun, bisa juga jadi buruk ketika idenya mulai halu, apa lagi kalau gak ada salah satu personil yang punya sikap realistis.

    Belum lagi tabrakan ide karena terlalu banyak kepala, apa lagi kalo idenya halu. Di saat seperti ini, sikap realistis dibutuhkan supaya band bisa berjalan secara baik dan bertahap. Namun untuk musisi solo, biasanya brainstorming lebih pasti dan sederhana. 

    Karena deep down, seorang soloist cuma bisa bergantung sama diri sendiri sehingga cenderung tidak mau repot dan ingin jalan saja dulu secara bertahap. Ide-ide sederhana lebih utama bagi soloist, namun kadang ada kekurangan. 

    Soloist bisa mandek ide atau lebih parahnya prokrastinasi karena tidak ada yang mengingatkan. Dalam hal ini, delegasi dibutuhkan supaya adanya tuntutan dan rasa tanggung jawab dari pihak lain selama projek berjalan. 

  2. Permodalan

    Pernah ada yang bilang sama gue:

    "Kalo ngeband itu rejekinya sebanyak personil bandnya, kalo solo rejekinya ya 1"

    Terlepas itu benar atau tidak, secara permodalan memang lebih enak ngeband. Memang bisa ditanggung sama-sama, namun masalah rezeki harus tetap dibagi berdasarkan kesepakatan. Jika ada yang menaruh saham atau kontribusi lebih besar, maka dia berhak menerima hasil lebih besar pula. Dalam hal ini, surat kontrak antar personil menjadi penting supaya ada kejelasan soal finansial. Ada baiknya untuk buat sejak awal, jangan baru dibuat ketika sudah sukses. 

    Berbeda dengan solois, masalah permodalan lebih terasa berat karena semua ditanggung sendiri. Kecuali ada executive producer yang menjadi investor projek tersebut. Namun kelebihannya, solois mampu memilih support partner sesuai kebutuhannya saat itu dan kerjasama hanya selesai saat proyek selesai. Setelah sukses, solois cenderung menerima hasil lebih besar jika ia pemodal utama. 

  3. Performance

    Ketika manggung, solois lebih sering merekrut sessionist player. Jadi, solois punya kewajiban membayar player tersebut. Walau secara teknis rehearsal terbilang sama, namun ngeband lebih diuntungkan karena adanya asas kerjasama dalam jangka panjang. Di beberapa kondisi, ada solois yang bisa gonta-ganti sessionist dengan mudah karena adanya proses hiring

    Jika sudah tak dibutuhkan ya ganti. Berbeda dengan ngeband yang adanya sistem kerjasama secara jangka panjang. Kalau tidak cocok ya harus kompromi. Mengeluarkan personil pun sering menjadi opsi terakhir yang mengerikan. Tapi biasanya secara chemistry bermusik, ngeband lebih kuat karena cenderung tahan uji.

Itulah sekelumit penjabaran antara kekurangan dan kelebihan antara menjadi musisi solo atau ngeband. Kira-kira mana yang cocok sama lo? By the way, gue jadi kepikiran mau solo project. Hehehe.

PERSONAL ARTICLE

ARTICLE TERKINI

Tags:

#Band #solo #Musik #Dewo Iskandar #Supernoize

0 Comments

Comment
Other Related Article
image article
Noize

Rudolf Dethu: Muda, Bali, Bernyali

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Perilaku Individu Musik Indonesia di Era ‘Baby Boomers’ dan ‘Gen X’

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Yulio Piston: Tentang Menjadi Pengkritik Musik

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Sudah Saatnyakah Indonesia Punya Rock ‘n Roll Hall of Fame?

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Acum Bangkutaman: Mencari Band Buruk yang Berpengaruh

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Berkeliling Eropa Bersama Morgensoll dalam Eternal Tour 2023

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Pentingnya Paham Soal Hukum dalam Industri Musik

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Musisi Bertopeng dan Budaya Asalnya

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Menebak-nebak Masa Depan Vinyl Indonesia

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Catatan Perjalanan: EHG Forever, Forever EHG!

Read to Get 5 Point
image arrow
1 /