Unit rock nan gahar asal Amerika Serikat, Every Time I Die, akhirnya balik lagi. Terakhir kali mereka muncul saat merilis album penuh sekitar lima tahun lalu. Kini Every Time I Die comeback dengan album terbaru bertajuk Radical untuk menghidupkan kembali esensi rock dibalut dengan kecerdasan lirik yang maksimal.
Lahirnya album ke-9 dari Every Time I Die ini juga menunjukkan bahwa konsistensi adalah kunci kesuksesan bagi setiap grup musik. Lima tahun tentu bukan waktu yang sebentar untuk menunggu eksistensi mereka. Namun, Every Time I Die seakan-akan mencoba membayarnya dengan sengaja memberikan ruang dan waktu yang cukup lama bagi para pendengarnya untuk mendengarkan rilisan ini dengan penuh energi.
Kelima personelnya yang kini tak lagi muda itu membutuhkan waktu hingga lima tahun lamanya untuk mengerjakan Radical sejak dirilisnya LP Low Teens pada 2016 silam.
Kemunculan album Radical ini sukses merangkai 16 trek galak yang menjadi pencapaian optimal bagi Every Time I Die sejauh ini, baik dari segi materi, produksi, maupun penulisan lirik. Will Putney pun ambil bagian dalam pengerjaan album ini.
Jika sebelumnya mereka banyak berbicara tentang ketidakteraturan yang terjadi pada umat manusia, kini mereka melakukan pendekatan yang lebih berani. Topik-topik seperti kemanusiaan, self-worth, hingga spiritualitas menjadi titik berat tema yang diangkat dengan gagah berani di album ini. Oleh sebab itu, album ini tentu menjadi sebuah langkah tidak umum bagi band keras seperti mereka. Hal ini coba mereka tonjolkan pada single terakhir yang dirilis berjudul Thing With Feathers.
Keberanian Every Time I Die mengemas album ini juga berdasarkan pengalaman dan situasi buruk yang menimpa vokalis Keith Buckley. Menurutnya, pengalaman ini pasti juga dirasakan oleh sebagian besar orang, terutama pada lima tahun terakhir.
"Album ini seakan menampar dan mengingatkan pada kalian jika semua hal membutuhkan banyak kerja keras dan pengorbanan. So, kami sangat yakin lagu ini sangat bisa menumbuhkan semangat dan motivasi lebih untuk pendengar," ujar sang vokalis.
Album Radical milik Every Time I Die sudah bisa diputar lewat berbagai platform music streaming. Album ini diisi total dengan 16 trek, yaitu:
- Dark Distance
- Sly
- Planet Shit
- Post-Boredom
- A Colossal Wreck
- Desperate Pleasures
- All This and War (Ft. Josh Scogin)
- Thing with Feathers (Ft. Andy Hull)
- Hostile Architecture
- AWOL
- The Whip
- White Void
- Distress Rehearsal
- sexsexsex
- People Verses
- We Go Together
Dalam review-nya, Kerrang! menulis: Radical dengan 16 lagu dan panjang 51 menit, dan dengan perpaduan yang selalu tepat antara hardcore, metalcore, post-hardcore, stoner punk dan rock n' roll, ini adalah album ini yang paling tanpa henti. 'Konsisten' adalah kata yang begitu sering dilontarkan kepada Every Time I Die, dilengkapi oleh gitaris Jordan Buckley dan Andy Williams, bassist Steve Micchiche dan drummer Clayton Holyoak. Lewat album Radical ini, mereka mendorong label itu hingga batasnya, sambil melemparkan rasa baru yang mendebarkan ke dalam campuran.
Memang, saat Every Time I Die keluar jalur, Radical sebenarnya paling berhasil. Lagu White Void yang memukau, dan We Go Together semakin dekat menjadi sorotan. Tetapi tidak diragukan lagi momen menonjol album ini adalah Thing With Feathers yang menjadi titik tengah yang menakjubkan (menampilkan Andy Hull dari Manchester Orchestra). Mengikuti All This and War yang penuh amukan, lagu ini adalah balada indie-rock yang mengharukan, membanggakan ketangkasan yang menentang genre dan lirik yang benar-benar indah.
Itu tidak berarti trek lain seperti Sly, Planet Shit, Hostile Architecture, dan The Whip harus diabaikan. Radical adalah musik yang cocok untuk mengadu dan hanya duduk bersama sambil menyerap semua yang dilemparkan pada Anda. Radical secara inheren terasa menyenangkan dan bahkan spontan, meskipun begitu jelas dipikirkan dengan cermat.
Jika ada kritik, kritikan itu adalah argumen yang sangat kecil untuk dibuat. Setiap satu dari 16 lagu dalam album ini pada dasarnya mempertimbangkan diskografi mereka yang sudah sangat besar.
Siapa Every Time I Die?
Every Time I Die adalah band metalcore asal Buffalo, New York, Amerika Serikat. Band ini dibentuk pada tahun 1998 silam. Mereka telah mengumpulkan pujian untuk pertunjukan live mereka yang energik dan intens. Album studio kesembilan dan terbaru mereka, Radical, dirilis via Epitaph Records pada Oktober 2021 setelah tanda tangan kontrak dengan label tersebut pada Juli 2008 silam.
Gaya Every Time I Die digambarkan sebagai band metalcore, hardcore punk, dan post-hardcore. Mereka awalnya terbentuk sebagai band hardcore, tetapi musik mereka segera mewujudkan pengaruh kuat dari heavy metal dan rock. Mereka disebut "ikon metalcore" dan album rilisan tahun 2003 mereka, Hot Damn!, adalah sebuah perubahan permainan total untuk genre tersebut.
AllMusic menggambarkan suara metalcore mereka sebagai pencampuran metal alternatif, metal Selatan dan screamo. Mereka juga bereksperimen dengan mathcore dan sludge metal dalam diskografi mereka. Mereka sangat dipengaruhi oleh Southern rock. Sama seperti suara band yang kacau, tajam dan bermacam-macam, lirik mereka dibuat menjadi aneh, sarkastik, dan sinis.
Sebelum Radical, band ini telah menelurkan setidaknya delapan album seperti Last Night in Town (2001); Hot Damn! (2003); Gutter Phenomenon (2005); The Big Dirty (2007); New Junk Aesthetic (2009); Ex Lives (2012); From Parts Unknown (2014); dan Low Teens (2016).
Image source: Billboard.com
Please choose one of our links :