Close burger icon

HELLO THERE, SUPER USER !

Please Insert the correct Name
Please Select the gender
Please Insert the correct Phone Number
Please Insert the correct User ID
show password icon
  • circle icon icon check Contain at least one Uppercase
  • circle icon icon check Contain at least two Numbers
  • circle icon icon check Contain 8 Alphanumeric
Please Insert the correct Email Address
show password icon
Please Insert the correct Email Address

By pressing Register you accept our privacy policy and confirm that you are over 18 years old.

WELCOME SUPER USER

We Have send you an Email to activate your account Please Check your email inbox and spam folder, copy the activation code, then Insert the code here:

Your account has been successfully activated. Please check your profile or go back home

Reset Password

Please choose one of our links :

Evolusi Rockbali: Vegas Dulu, Ubud Kemudian

Author : Admin Music

Article Date : 29/08/2021

Article Category : Noize

Rockabali merupakan lakuran (portmanteau) yang bersumber dari penggabungan dua kata yaitu “rockabilly” dan “Bali”. Tadinya bermakna semata tentang skena musik rockabilly di Bali, cenderung agak teknis, namun kini telah berkembang luas.

Istilah Rockabali pertama kali terlacak tersiar ke khalayak antara tahun 2006-2007. Saat itu majalah (almarhum) Playboy Indonesia mengulas tentang rockabilly yang sedang menggejala di Indonesia dan justru paling mewabah di Bali. Walau baru lahir pada 2004, pamor The Hydrant di masa itu sedang moncer sekali.

Genre musik yang disodorkan relatif berbeda, mengajak audiens berdandan parlente, rambut klimis tersisir rapi, irama riang mendorong orang berdansa, serta di saat yang sama memainkan musik macam rockabilly dibutuhkan kemampuan musikal mumpuni, di atas rata-rata. Majalah Playboy lalu memunculkan terminologi baru berupa lakuran Rockabali yang secara liberal bisa dimaknai skena nan khas di Bali dengan fondasi utama rockabilly.

Majalah Playboy Indonesia terbitan 2006, paling pertama melahirkan istilah Rockabali.

Sejak itu Rockabali mulai erat dirangkul oleh—utamanya—pegiat dan penggiat rockabilly di Bali. Muncul kemudian Facebook page Rockabali Forum yang misinya adalah mewadahi aktivis—ya musisi ya penggemar ya pemerhati—rockabilly yang ada di Bali. Tempat ini menjadi ajang diskusi serta lalu lintas informasi gono-gini rockabilly lokal, regional, dan sesekali internasional. Beberapa personel The Hydrant, Suicidal Sinatra, Lucky Cats, Bobcat, serta beberapa lainnya aktif berinteraksi di Rockabali Forum.

Facebook page Rockabali Forum yang kini sudah tidak terlalu aktif.

Identitas Rockabali yang tadinya sekadar berkutat di isu musikal dan dinamika skenanya di Bali, maknanya mulai meluas ketika Pompadour Four alias The Hydrant diundang tampil di festival Viva Las Vegas Rockabilly Weekend di Amerika Serikat pada 2016. Marshello, Chris, Adi, dan Vincent merasa bahwa kesempatan ke Viva Las Vegas bukan semata tentang gemilangnya prestasi nge-band The Hydrant karena bisa unjuk aksi di pagelaran rockabilly berusia terpanjang sepanjang sejarah serta terbesar sejagat tapi juga bahwa The Hydrant merupakan perwakilan dari pulau Bali, negara Republik Indonesia.

Untuk itu dibutuhkan sesuatu hal yang bisa menunjukkan ke-Bali-an yang kuat. Yang paling mudah, gamblang lagi efektif adalah lewat pemilihan busana. Busana khas Bali, tentu saja. Sebelumnya, 2009 silam, The Hydrant pernah mempraktikkan hal macam begini, memakai kostum tradisional Bali kala tampil di Pohoda, festival skala masif di Slovakia dan menyuguhkan serbaneka jenis musik. Namun kali ini situasinya sedikit berbeda. Viva Las Vegas ini temanya melulu rockabilly serta telah memiliki kaidah-kaidah dandan tertentu. Artinya ide mengenakan pakaian tradisional Bali (kamen/sarung, udeng/penghias kepala, bertelanjang dada atau rompi bermotif Bali) bukanlah pilihan elok. Terlalu memaksa. Bakal dicap salah kostum. Tapi Pompadour Four tetap bersikeras hendak menunjukkan kalau mereka adalah bumiputera Bali. Syukurnya, setelah cukup lama bertukar sudut pandang akhirnya tiba juga di sebuah kesepakatan membanggakan: Rockabali Warriors.

Para personel, kecuali sang biduan, memakai atasan berupa kemeja yang ditambahkan rompi dengan ornamen di pundak, di lengan bawah, dan di sana-sini, mengadopsi kostum penari pria Bali. Bawahannya celana pantalon serta sepatu model creepers. Hanya Marshello, sang vokalis, yang agak berbeda. Ia mengenakan pakaian serba kulit: jaket yang diberi ornamen khas penari pria Bali serta celana kulit dan sepatu engineer boots. Ketika akhirnya tampil di Bienville Room, Orleans Hotel, Viva Las Vegas, sungguh melegakan, busana Rockabali Warriors memperoleh sambutan positif, banjir pujian. Memang, banyak yang awalnya mengira bahwa The Hydrant adalah grup asal Mexico pengusung genre Mariachi. Bukan masalah, justru mereka makin tercengang ketika The Hydrant bilang bahwa mereka berasal dari Bali dan kostum yang dikenakan bertajuk Rockabali Warriors. Dari kegemparan-kegemparan kecil itu saja sudah bisa ditebak, obrolan akan berujung panjang.

The Hydrant tampil di Pohoda Festival, Slovakia, 2017, memakai kostum Rockabali Warriors. Photo: Erick Est.

Kostum Rockabali Warriors yang banyak mengambil ide dari pakaian tradisional penari Bali.

Di penghujung 2020 nama Rockabali terangkat kembali ke permukaan saat musisi-musisi rockabilly/psychobilly/hillbilly garis depan di Bali berkolaborasi serta tampil bersama di satu panggung. Identitas kolektif yang dipakai: RockaBali Marauders.

Para garis depan rockabilly di Bali bergabung di kolektif RockaBali Marauders.

Yang paling mutakhir, istilah Rockabali makin melebar gara-gara ajang budaya berupa gerakan komunitas untuk mengakrabi kembali bahasa Bali kepada anak muda Milenial lokal yang digagas oleh Puri Kauhan Ubud: Mai Mabasa Bali. Para musisi yang sedang digemari—Navicula, The Hydrant, Alien Child, dan James Manja—diajak menjadi semacam duta Mai Mabasa Bali dengan menciptakan lagu-lagu berbahasa Bali. 

Hebatnya, ini adalah kali pertama bagi mereka menulis lagu berbahasa Bali. Hasilnya? Menjadi menarik sebab semuanya membebaskan diri dari pakem-pakem usang yang selama ini seolah menjadi “regulasi resmi” jika hendak melantunkan tembang bahasa Bali: Navicula menggelontorkannya lewat gaya folk-grunge, The Hydrant dengan rockabilly, Alien Child memunculkan R&B, James Manja via indie rock. Sungguh baru bagi belantika musik berbahasa Bali. Hari ini Rockabali telah berevolusi menjadi rupa-rupa fenomena rock ’n’ roll di Bali, tentang skena musik anak muda di Pulau Dewata.

Fenomena Rockabali di Mai Mabasa Bali: lagu berlirik Bali dengan sentuhan rockabilly.

Alien Child mengusung Rockabali dengan sentuhan R&B.

Rockabali bukan harga mati karena rajin berevolusi!

 

Image source: Rudolf Dethu

PERSONAL ARTICLE

ARTICLE TERKINI

Tags:

# Rudolf Dethu #Bali # musisi bali #The Hydrant #rockabali

0 Comments

Comment
Other Related Article
image article
Noize

Rudolf Dethu: Muda, Bali, Bernyali

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Perilaku Individu Musik Indonesia di Era ‘Baby Boomers’ dan ‘Gen X’

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Yulio Piston: Tentang Menjadi Pengkritik Musik

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Sudah Saatnyakah Indonesia Punya Rock ‘n Roll Hall of Fame?

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Acum Bangkutaman: Mencari Band Buruk yang Berpengaruh

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Berkeliling Eropa Bersama Morgensoll dalam Eternal Tour 2023

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Pentingnya Paham Soal Hukum dalam Industri Musik

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Musisi Bertopeng dan Budaya Asalnya

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Menebak-nebak Masa Depan Vinyl Indonesia

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Catatan Perjalanan: EHG Forever, Forever EHG!

Read to Get 5 Point
image arrow
1 /