Close burger icon

HELLO THERE, SUPER USER !

Please Insert the correct Name
Please Select the gender
Please Insert the correct Phone Number
Please Insert the correct User ID
show password icon
  • circle icon icon check Contain at least one Uppercase
  • circle icon icon check Contain at least two Numbers
  • circle icon icon check Contain 8 Alphanumeric
Please Insert the correct Email Address
show password icon
Please Insert the correct Email Address

By pressing Register you accept our privacy policy and confirm that you are over 18 years old.

WELCOME SUPER USER

We Have send you an Email to activate your account Please Check your email inbox and spam folder, copy the activation code, then Insert the code here:

Your account has been successfully activated. Please check your profile or go back home

Reset Password

Please choose one of our links :

Fenomena GAS (Gear Acquisition Syndrome) Para Musisi

Author :

Article Date : 25/02/2016

Article Category : Noize

“Peringatan: Anggaplah tulisan ini sebagai sebuah cerpen curhatan anak band. Yang mungkin bisa menjadi referensi bagi kalian yang berpikir untuk menjadi anak band. Mudah-mudahan bisa berguna untuk menghadapi rintangan yang terdapat di dalamnya. Terutama saat menghadapi GAS dalam dirimu sendiri. Tetapi kalau kamu memang kaya raya dan uang bukan masalah buat kamu, mungkin kamu tidak perlu membaca tulisan ini.”

Jika kamu merasa dan mengaku sebagai musisi, hobi maupun sebagai profesi, istilah GAS pastinya sudah tidak asing lagi dan sering kali kamu dengar. GAS adalah kependekan dari Gear Acquisition Syndrom, di mana seseorang cenderung selalu ingin membeli dan mendapatkan alat-alat terbaru untuk memenuhi keingingan atau kebutuhan yang dirasakan nya. GAS sebenarnya bisa terjadi dalam bidang apa saja, fotografi, automotif, olah raga seperti sepeda dan lain sebagainya. Bahkan mungkin juga dalam dunia fashion di mana seseorang selalu berkeinginan membeli tas bermerek keluaran designer ternama. Pada intinya adalah GAS terjadi di kala seseorang membeli peralatan baru karena terdorong nafsu yang sering kali tidak terkendali.

Saya di sini tidak mencoba manghakimi. Membeli barang adalah hak semua orang. Uang-uang kamu, bebas mau dipakai untuk apa pun. Namun perlu diingat, keputusan kamu untuk menjadi musisi akan selalu ditemani dengan stigma-stigma sosial yang tidak selalu menyenangkan. Apakah kamu mau memperumit stigma tersebut dengan memperburuk kondisi keuanganmu? Mencari permasalahan dalam kehidupan percintaan karena membagi cintamu pada si geulis dengan benda mati? Atau bahkan menjadi anti-sosial karena isi kepalamu hanya mementingkan alat musik dan pemujaanmu terhadap alat-alat tersebut?

Percayalah saya sudah terlalu sering menyaksikan fenomena ini dilingkungan saya bahkan dalam kehidupan saya sendiri. Tidak sedikit yang kehidupan nya memburuk akibat fenomena GAS ini. Terutama dalam urusan rumah tangga dan percintaan! Haha.

Memang tidak bisa dipungkiri alat musik adalah salah satu elemen yang paling penting dalam berkarya. Namun dengan begitu banyak dan beragamnya merek serta jenis yang beredar di pasaran, ditambah dengan kemudahan penyebaran informasi melalui internet, alat musik tidak lagi menjadi konsumsi khusus bagi musisi saja. Membuat  timbulnya keburaman dalam garis batas antara kebutuhan musikal dengan keinginan fana.

Mungkin sudah saatnya kita menjadi musisi yang sehat, baik dalam berkarya, maupun dalam mengelola kehidupan dan keuangan kita sendiri. Mens sana in corpore sano kalau kata bahasa latin kuno bilang. Karena saya pribadi yang pernah dan masih merasakan, merasa bahwa GAS adalah ciri-ciri penyakit kejiwaan, layaknya kecanduan. Bisa-bisa menghancurkan diri kalau tidak ditangani dengan cepat.

Mungkin ada baik nya memperhatikan pola kamu berbelanja, dalam hal ini berbelanja alat musik. Berikut adalah beberapa ciri-ciri GAS yang dirangkum dari internet dan saya tambahkan sedikit.

Ciri-ciri GAS yang baik:

  • Alat yang dibeli terpakai secara optimal.

Kamu begitu terkesima dengan sound yang dihasilkan oleh alat tersebut. Sehingga kamu pakai untuk ngulik setiap hari. Seperti layak nya barang kesayangan yang harus kamu pegang setiap hari.

  • Alat yang dibeli terawat.

Kamu begitu menyukai alat baru yang kamu beli. Sehingga setiap hari dibersihkan bersama alat-alat lama koleksi kamu. Bahkan kamu memberi jadwal khusus dalam satu minggu untuk perawatan berkala. Namun tetap berhati-hati tidak sampai mengganggun jadwal kamu dengan si dia.

  • Alat yang kamu beli menjadi ciri khas yang menempel dalam proses berkarya mu.

Kamu berhasil menemukan karakter sound dan permainan yang hanya bisa kamu hasilkan dari alat tersebut. Dan hanya kamu saja yang bisa menghasilkan dengan cara mu itu. Kemudian datang inspirasi untuk menulis lagu. Kemudian lagu nya kamu upload di internet. Kemudian kamu mendapatkan tawaran manggung. Kemudian orang yang menontong men-tag foto saat kamu sedang manggung dengan alat tersebut dengan komentar memuji dan menyatakan kalau alat tersebut sangat cocok banget sama kamu. Dan seterusnya dan seterusnya.
[pagebreak]
Ciri-ciri GAS yang buruk:

  • Setelah beli lalu terbengkalai.

Mungkin karena tidak puas dgn apa yg didapat. Mungkin karena tidak bisa menggunakannya. Lalu disimpan dan dilupakan.

  • Setelah beli langsung dijual.

Mau bermusik atau jadi pedagang alat musik? Tentukan prioritas mu dulu.

  • Setelah beli lalu dipakai untuk pamer

Ini memang sifat dasar manusia sih, susah untuk dihindari. Tapi mungkin dalam taraf tertentu yang wajar masih tidak apa-apa. Saya juga kadang suka gatel ingin majang foto alat di social media. Yang ganggu itu kalau tiap ketemu banggain gitar baru. Gitar gue ini gitar gue itu. Tapi dimainkan pun tidak. Kasihan gitar nya menangis di dalam hardcase. (pada foto header penulis sedang memamerkan koleksi gitar nya. Salah satu ciri GAS yang buruk. Pada akhirnya si penulis menjual bbrp gitar yg terdapat pada foto tersebut. Contoh yang sangat buruk)

  • Teman kamu bisa memainkan dan memanfaatkannya lebih baik dari pada kamu.

Lalu kamu menjadi ilfil dengan alatnya dan menyimpan alat tersebut di dalam gudang. Atau menjual esok harinya karena ilfil juga.. Dunia memang tidak adil, orang yang benar-benar membutuhkan kadang tidak mampu memiliki nya.

Mengatasi GAS dan gejalanya

Lalu bagai mana cara mengatasi jika gejala GAS sudah mulai muncul pada diri kamu. Berikut ini adalah beberapa tips yang saya simpulkan dari pengalaman pribadi dan dari teman-teman sekitar.

  • Kenali musikmu dan kemampuan.

Ada baiknya kamu mengenal diri kamu sendiri dalam bermusik. Seperti apa musik yang ingin kamu mainkan. Alat apa yang kamu butuhkan untuk berkarya. Apakah kamu bisa memainkan alat tersebut? Apakah kamu punya waktu dan tempat untuk belajar menggunakan alat tersebut? Rasanya tidak masuk akal kalau kamu gitaris dan ingin membeli drum dan kamu masih nge-kos di kamar ukuran 3x3. Kamu mau tidur di mana? Kalau kamu gitaris dan ingin belajar main drum supaya bisa bikin lagu secara lengkap, kamu bisa sewa studio latihan, lebih murah dan tidak mengganggu teman kosan mu yang lain dengan suara gaduh dan gebukan drum tak karuan.

  • Tanya pada diri sendiri. Butuh atau pengen?

Apakah kamu akan menggunakannya? Merawatnya supaya selalu optimal saat digunakan? Atau hanya akan tersimpan di pojok kamar sampai bulukan dan dimakan rayap? Saya akui saya sendiri memiliki obsesi berlebih terhadap gitar SG.

  • Pelajari alat yang ingin dibeli terlebih dahulu

Cari tahu kegunaan dan keunggulan alat tersebut melalui internet atau buku atau dari teman yang sudah punya alat tersebut. Pikirkan bagaimana kamu akan menggunakannya dan meng-aplikasikannya dalam musik kamu. Lebih baik lagi kalau temen kamu yang punya alat idaman tersebut mau meminjamkannya pada kamu. Saya beruntung karena teman saya selalu rela meminjamkan alat-alat mereka untuk saya pelajari. Teman yang baik adalah teman yang menolong kamu dari keterpurukan.

  • Jangan mudah termakan provokasi teman yang berjualan alat musik.

Nah yang satu ini agak sedikit rumit. Kadang ada teman kita yang memanasi hasrat GAS kita (kalau bahasa sunda nya ngabibita). Tapi kalau kamu bisa menempuh cara no.3 tadi, mudah-mudahan aman lah.

  • Sesuaikan isi dompet dengan keinginan

Kalau Sir Dandy bilang “Gibson atau Epiphone”. Jawabannya sangat tergantung dari isi dompet dan tabungan kamu. Apakah kamu mau setelah beli Gibson kamu tidak punya uang untuk makan, apalagi jajanin si doi. Alhasil kamu diputuskan lah tali cintanya. Kalaupun kamu punya uangnya, lebih baik piker dua kali. Apakah harganya sepadan dengan apa yang kamu dapatkan dari alat tersebut? Atau mungkin sebenarnya kamu sudah punya alat yang sebenarnya memiliki fungsi yang sama? Saya sendiri punya gitar murah yang dulu saya beli dengan harga 500 ribu dan sampai sekarang masih saya pakai karena gitar nya enak dipakai dan suaranya bagus. Seringkali menjadi pengingat untuk menahan nafsu GAS saya.

  • Sadari bahwa alat bagus tidak menjamin membuat permainan maupun karir mejadi lebih baik.

Ini mungkin tips dari saya yang paling serius. Harus kamu sadari, membeli Gibson Les Paul signature Jimmy Page tidak akan membuat diri kamu menjadi Jimmy Page (Led Zeppelin). Begitu juga dengan signature Slahs (Guns N Roses) atau siapapun. Tidak dalam permainan, maupun status. Kamu tidak akan lantas menjadi sejago idola mu, maupun sesukses idola mu, bahkan sekeren idolamu pun tidak. Yang terjadi adalah kamu menjadi target marketing perusahaan gitar yang menjual nama idola. Haha. Tapi kalau kamu ingin membeli Les Paul Signature Jimmy Page karena kamu membutuhkan fitur yang dapat menghasilkan 21 variasi suara, atau kamu punya uang nya, maka lakukan lah. Gitar yang satu itu memang berbahaya!

Foto: dok. pribadi

PERSONAL ARTICLE

ARTICLE TERKINI

Tags:

0 Comments

Comment
Other Related Article
image article
Noize

Rudolf Dethu: Muda, Bali, Bernyali

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Perilaku Individu Musik Indonesia di Era ‘Baby Boomers’ dan ‘Gen X’

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Yulio Piston: Tentang Menjadi Pengkritik Musik

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Sudah Saatnyakah Indonesia Punya Rock ‘n Roll Hall of Fame?

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Acum Bangkutaman: Mencari Band Buruk yang Berpengaruh

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Berkeliling Eropa Bersama Morgensoll dalam Eternal Tour 2023

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Pentingnya Paham Soal Hukum dalam Industri Musik

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Musisi Bertopeng dan Budaya Asalnya

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Menebak-nebak Masa Depan Vinyl Indonesia

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Catatan Perjalanan: EHG Forever, Forever EHG!

Read to Get 5 Point
image arrow
1 /