Kolaborasi menjadi langkah efektif yang bisa diambil oleh seorang musisi untuk memperluas cakupan pendengarnya. Skenario itu pula yang kini sedang dicoba oleh solois perempuan asal Jakarta, Gavendri.
Menggandeng salah satu grup musik ternama dan sudah lama di Indonesia, Endah N Rhesa, Gavendri melepas single baru berjudul 'Should I'. Tidak, Endah N Rhesa tidak menyumbangkan suara atau permainan alat musik di lagu ini, keduanya justru bertindak sebagai produser.
Pada lagu yang bernuansa R&B ini, Gavendri merasa Endah N Rhesa sebagai sosok yang tepat untuk menjadi produsernya. Meski Endah N Rhesa dikenal sebagai musisi beraliran folk dan pop, Gavendri menyebut bahwa Endah dan Rhesa punya ketertarikan dengan musik R&B.
“Endah N Rhesa identik dengan folk. Tapi, aku tau mereka berdua. Satu, mbak Endah blues banget. Yang mana R&B, rhythm and blues ya, masih berkaitan. Mas Rhesa tuh R&B banget. Jadi, kalau misalnya ada satu musik yang akan mereka mainkan selain gitaran pasti R&B. Aku tau soal itu," kata Gavendri.
Selain nama Endah N Rhesa, juga hadir nama Palel Atmoko dari Navicula dan Soulfood yang bertindak di balik layar untuk mengisi part drum, juga Kamga Mo sebagai vocal director. Sementara itu, artwork dari single ini dikerjakan oleh Farkhan Fahmy.
Adapun, single yang hadir pada 25 Agustus lalu ini membawa cerita seputar pengalamannya dalam menghadapi sebuah toxic-relationship. Pengalaman itu kemudian menjadi inspirasi yang dituangkan ke dalam lagu barunya.
“Alih-alih sedih, aku seperti marah. Sebenarnya, lagu ini upbeat banget. Untuk orang yang sedih, tapi nggak pengin larut dalam kesedihan”, sambut Gavendri melalui rilisan persnya.
Karier bermusik Gavendri sendiri dimulai pada Oktober 2020. Dia memantapkan diri menjadi musikus profesional di belantika musik Tanah Air melalui single pertamanya berjudul 'Sepi'.
Di single debutnya ini, Gavendri ingin bercerita tentang rasa sepi yang merupakan curahan hati seseorang yang sedang merasa depresi karena kesepian. Dengan kondisi putus asa dan kesendirian, di lain sisi seseorang merasa bahagia dengan kondisi kesendiriannya karena bisa melakukan apapun yang dia inginkan di hidup ini.
"Sepi juga merupakan respons kecil terhadap standar dan stigma masyarakat seperti usia sekian sudah harus menikah, punya pekerjaan yang stabil, dan seseorang harus bisa begini dan begitu," jelasnya dikutip Antara.
"Tokoh dalam lagu 'Sepi' memiliki dilema tentang itu. Memilih untuk sendiri dan tetap bahagia, atau menjadi berdua dan kehilangan kebahagiaannya untuk melakukan apapun yang dia suka dan yang dia harapkan," ujarnya.
Di single pertamanya itu, Gavendri justru mengusung musik berbeda dengan single terbarunya. Dia menciptakan mood sound tahun 1980an dengan suasana city pop. Tentu kontras dengan warna musik R&B di single 'Should I'.
Untuk inspirasi bermusiknya, Gavendri mengaku hadir dari musisi seperti Raveena, Jakob Ogawa, dan beberapa musisi lokal seperti Mondo Gascaro dan Kurosuke. Sementara untuk proses produksi single debutnya cukup cepat karena hanya memakan waktu dua bulan.
Pada Januari lalu, dia melepas single baru berjudul 'Tel Aviv to Honolulu'. Lagu yang bertemakan cinta & pujian terhadap seseorang ini dibuat bernuansa waltz & romantis. Gavendri yang sangat terinspirasi pada lagu-lagu musikal, dibantu seorang produser muda Ezra Prayoga, dalam memilih sound-sound seperti akordion dan terompet. Untuk menciptakan nuansa yang romantis.
Dalam lagu ini pula, Gavendri menghadirkan imajinasi tokoh di dalam lagu ini bernama Yua & Terran. Yua & Terran saling jatuh hati, kedua kota ini disebutkan Gavendri untuk menggambarkan sejauh apa si tokoh dalam lagu saling jatuh hati.
Sebagai langkah selanjutnya dari rencana bermusik secara serius, Gavendri akan melepas mini album (EP) yang diberi tajuk 'The Desperate'.
Image source: Instagram/Gavendri
Please choose one of our links :