Belum lama ini, kabar duka kembali terjadi dalam dunia pendakian Indonesia, Superfriends. Kabar ini datang dari Gunung Bawakaraeng yang terletak di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Tiga dari sekitar 600-an pendaki menjadi korban akibat perubahan suhu ekstrem yang terjadi di atas gunung dan mengalami hipotermia.
Meski telah ditutup sementara oleh polisi, nyatanya para pendaki tersebut memaksa menerobos ke puncak Gunung Bawakaraeng demi merayakan Hari Kemerdekaan RI dan mengibarkan bendera merah putih di atas puncaknya. Hal ini tentunya nggak boleh dicontoh ya, Superfriends.
Sesungguhnya, Gunung Bawakaraeng ini punya arti tersendiri bagi masyarakat di sekitar. Lantas, seperti apa jalur pendakiannya dan kisah menarik apa aja yang ada di gunung tersebut?
Tentang Gunung Bawakaraeng
Image source: shutterstock.com/mursidin mursidin
Gunung ini konon menjadi sumber air bagi kehidupan di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, dan beberapa wilayah lain di sekelilingnya. Gunung yang memiliki ketinggian sekitar 2.845 meter di atas permukaan laut ini juga sangat cocok dijadikan lokasi pendakian gunung.
Tentang nama Bawakaraeng sendiri, gunung ini memiliki arti tersendiri, Bawa yang artinya ‘mulut’ dan Karaeng yang artinya ‘Tuhan’. Jadi, Gunung Bawakaraeng bisa diartikan sebagai ‘Mulut Tuhan’. Penganut sinkretisme di wilayah sekitar gunung ini meyakini kalau Gunung Bawakaraeng adalah tempat pertemuan para wali.
Sebenarnya masih ada banyak penafsiran tentang penamaan tersebut, salah satunya mengartikan Gunung Bawakaraeng adalah tempat buat berdoa kepada Tuhan. Selain itu, gunung ini juga disebut ‘Butta Toayya’, yang berarti ‘tanah yang dituakan’. Masyarakat setempat juga meyakini kalau Gunung Bawakaraeng adalah tempat leluhur mereka, jadi harus disakralkan atau dihormati.
Gunung Bawakaraeng sendiri merupakan puncak gunung yang masuk ke dalam kawasan Pegunungan Lompobattang. Beberapa puncak lainnya yang masuk dalam kawasan ini yaitu Gunung Lompobattang, Gunung Assuempolong, Gunung Kaca, Gunung Ko’bong, Gunung Baria, dan Gunung Porong.
Menariknya lagi, ada beberapa satwa endemik Sulawesi yang bisa lo temui di kawasan pegunungan tersebut, seperti anoa dan babirusa. Selain itu, lo juga bisa melihat berbagai macam flora yang banyak dijumpai, seperti pinus, anggrek, dan juga lumut.
Jalur Pendakian Gunung Bawakaraeng
Image source: shutterstock.com/Najafi
Jalur pendakian Gunung Bawakaraeng terletak di Desa Lembanna, Kecamatan Tinggi Moncong, atau sering dikenal dengan “Wisata Malino”. Letak Desa Lembanna (1.400 mdpl) adalah di sisi barat laut Puncak Bawakaraeng. Selain itu, ada juga alternatif jalur lain yakni melalui Jalur Tassoso (1.320 mdpl) yang terletak di sisi timur laut dari Puncak Bawakaraeng.
Jalur Lembanna sendiri adalah jalur yang paling populer. Melakukan pendakian lewat jalur ini dibutuhkan waktu sekitar 2-3 hari untuk sampai di puncak dan turun kembali. Trek awalnya berupa kawasan perkebunan, lalu dilanjutkan dengan kawasan hutan, dan selanjutnya trek bebatuan dengan vegetasi rendah.
Puncak gunung ini berupa lahan yang cukup luas dan terdapat pilar penanda puncak. Saat berada di puncaknya, lo bisa melihat puncak Gunung Lompobattang yang lokasinya masih berdekatan dengan Gunung Bawakaraeng. Nggak jarang pula pendaki yang melanjutkan perjalanan menuju Puncak Lompobattang (dan sebaliknya).
Kisah Menarik Gunung Bawakaraeng
Gunung ini nggak luput dari kisah menarik yang patut diketahui, Superfriends. Kisah menarik yang paling terkenal adalah tentang misteri Noni di gunung ini. Konon pada tahun 1980 ada seorang wanita bernama Noni yang mengakhiri hidupnya di Pos 3 Jalur Bawakaraeng yang diduga karena patah hati.
Ada pula kisah tentang meninggalnya 2 mahasiswa Universitas Hasanuddin di pos 5 akibat diterjang badai. Selain itu, ada sebuah lapangan yang diyakini sebagai pasar hantu, lapangan tersebut dijuluki sebagai ‘Pasar Anjaya’.
Meskipun diliputi kisah menarik dan mitos, Gunung Bawakaraeng punya keindahan tersendiri. Terdapat sebuah danau bernama Danau Tanralili, yang di dekatnya ada sebuah lembah luas yang dinamakan Lembah Ramma.
Ada seseorang yang tinggal sendirian di Gunung Bawakaraeng, tepatnya di dekat Lembah Ramma. Beliau adalah Tata Mandong, yakni juru kunci Gunung Bawakaraeng sekaligus Gunung Lompobattang. Pria kelahiran 1938 tersebut bertugas menjaga hutan di Bawakaraeng, setiap hari ia memantau lingkungan di sekitar gunung sembari mengembara sapi titipan para warga.
Nah, itu tadi tentang Gunung Bawakaraeng, dari mulai jalur pendakian hingga kisah menarik yang menyelimuti gunung tersebut. Jangan lupa selalu patuhi aturan yang berlaku di setiap jalur pendakian dan jangan memaksakan diri ya, Superfriends.
PERSONAL ARTICLE
ARTICLE TERKINI
Source:http://pendaki.id/sulawesi-selatan/gunung-bawakaraeng-2-883-mdpl/
Please choose one of our links :