Heals, adalah sebuah unit musik alternative rock/nu-gaze yang dibesarkan di Bandung, Jawa Barat. Heals beranggotakan lima muda-mudi kece dengan line-up Alyuadi Febryansyah/Aldead (gitar, vokal), Reza Arinal/Ejasaurus (gitar, vokal), Octavia Variana Lantang/Via (bass, vokal), Muhammad Ramdhan/Rara (Gitar), dan Adi Reza/Cumi (drum). Band ini tumbuh dengan cepat sebagai pengiring pertunjukan shoegazer utama di Kota Kembang.
Heals sendiri dibentuk di Bandung pada tahun 2013 lalu. Warna musik yang mereka tawarkan cukup dipengaruhi oleh band-band seperti My Vitriol, Sunny Day Real Estate, hingga Tokyo Shoegazer. Masing-masing personelnya bahkan punya selera musik yang berbeda meski masih dalam lingkup balutan alternative yang enerjik. Mulai dari Foo Fighters, Soundgarden, grunge romantic a la Silverchair, hingga My Vitriol, Amusement Parks On Fire, Cocteau Twins, post punk terkini seperti Whirrr dan Anne, sampai raungan kasar The Smashing Pumpkins.
Heals dipilih sebagai nama karena semua orang butuh obat yang dapat menyembuhkan apa pun dalam hidupnya. Eja mengungkapkan bahwa mereka semua setuju dengan nama itu dan akhirnya ingin semua orang yang mendenger bisa terobati dengan kondisi musik hari ini. Sementara Heals pun memilih warna shoegaze/nu-gaze karena ingin mengangkat lebih jauh ke permukaan genre asal Britania Raya yang sedang sekarat tersebut.
“Kami ingin jenis musik yang sedang mengalami dying scene ini kembali didengar sama orang lain, kita ingat dulu band-band seperti Cherry Bombshell, The Milo,Gorgeous Smile, Kubik dan Jelly Belly membesarkan scene ini di Bandung”, ungkap Eja.
Awal terbentuknya Heals adalah ketika band ini masih diisi oleh empat orang, yaitu Aldead, Ejasaurus, Rara, dan Via. Mereka menyukai beberapa band-band yang jadi pengaruh mereka dalam bermusik. Sayangnya, mereka sempat mengalami masa tak produktif hingga mereka mengajak Adi Reza untuk bergabung. Adi Reza pun diajak bergabung untuk mengisi posisi drum. Adi Reza pun setuju untuk bergabung hingga Heals semakin komplit.
“Awalnya sih karena suka nongkrong bareng dan masing-masing di antara kita juga punya band, pengen aja nge-band bareng-bareng,’ ujarnya.
Sebagai informasi, masing-masing personel Heals sebelumnya tergabung dalam band yang namanya sudah menghiasi gig-gig di skena Bandung. Mulai dari technical grind/mathcore-outfit Caravan Of Anaconda; grup experimental/prog-metal, Fix Me Icarus; dan unit groovy death metal, Hellbeyond. Namun, mereka berlima mulai serius menjalankan band ini karena sempat lolos audisi salah satu pensi SMA negeri favorit Kota Kembang beberapa tahun lalu.
Pada September 2014 lalu, Heals melepas single bertajuk Void. Dalam proses produksi lagu ini mereka melibatkan Hadiyan Fazari dalam proses recording, dan Bian Krisnadwi dalam proses mixing. Void memiliki syair kontemporer yang dibumbui nuansa ruang hampa udara ataupun dunia alam bawah sadar. Void bercerita tentang sebuah titik ketika seseorang berada di dalam ambang batas kesendirian, tanpa ada simbiosis lainnya yang mewarnai hidupnya dan dikemas dengan balutan nada yang fluktuatif.
Lirik untuk single ini terinspirasi dari film bergenre fiksi ilmiah Hollywood, Gravity, secangkir teh manis panas, dan satu batang cokelat. Void yang berdurasi sekitar 4 menit ini merupakan karya pertama dari Heals. Disusul single berjudul Myselves yang juga berangkat dari imajinasi masing-masing personil band ini.
“Kami berfantasi tentang kondisi dimana manusia memiliki dua jiwa dalam raganya. Kemudian kedua jiwa itu malah jatuh cinta satu sama lain. Kurang lebih seperti itu saja, tidak ada pesan spesifik,” tutur frontman Heals, Alyuadi.
Dari situ, Heals pun merilis lagu demi lagu hingga album debutnya yang bertajuk Spectrum meluncur pada 2017 lalu di bawah FFWD Records. Ini karena Heals telah menampilkan suara gitar yang kabur, ketukan khas, dan agresif. Akan tetapi, peluncuran album ini pun membutuhkan waktu yang cukup lama dalam prosesnya hingga mengharuskan mereka untuk berhibernasi dalam sebuah rumah untuk fokus dengan kualitas materi yang disuguhkan kepada pendengarnya.
Soal kenapa terbilang lama, itu terjadi karena proses kreatifnya. Heals bercerita mereka sempat merasa beberapa materi belum terlalu enak dijadikan sebuah lagu. Jadi, menurut mereka, lamanya di proses kreatifnya bukan dari segi mixing atau rekaman. Penggarapannya juga cukup santai dan tidak terlalu terburu-buru seperti harus mengejar target.
Selama memasuki proses kreatif, Heals sempat menyewa sebuah rumah sewaan yang ditujukan agar mereka fokus dalam pembuatan materi selama dua bulanan. Di dalam rumah itulah mereka menggarap musik bersama-sama, meskipun digarap secara berkala, hingga menemukan materi yang benar-benar tepat. Heals berhasil menyulap banyak lagu yang menyenangkan untuk seluruh treknya di album tersebut.
Persis setelah merilis album penuh pertamanya, Heals langsung disibukan dengan kegiatan tur promo album bertajuk Heals Spectrum Java-Bali Tour 2017 pada Maret hingga Mei 2017 lalu.
Bagi Heals, album debut Spectrum itu dianalogikan sebagai album yang punya banyak warna dan menghasilkan suatu biasan cahaya dari sebuah prisma. Cahaya tersebut adalah album Spectrum ini. Tak jauh berbeda dengan makna asli dari spektrum itu sendiri, yang tak lain artinya adalah biasan cahaya. Konsep biasan cahaya di album Spectrum ini serupa dengan album Pink Floyd yang berjudul Dark Side Of The Moon.
Sementara itu, lagu-lagu Heals dapat digeneralisasi sebagai imajinasi. Tetapi, Heals memilih bermusik dengan mengemas tema-tema kehidupan sosial berbalut tema fantasi dan surreal.
Image source: https://www.instagram.com/octaviavl/
Please choose one of our links :