High Diving, Aksi Terjun Akrobatik dari Ketinggian Ekstrem

Pernah liat olahraga diving dalam ajang bergengsi seperti Olimpiade? Dalam aksinya, para atlet bakal melompat dari ketinggian dengan gerakan akrobatik sebelum jatuh ke air. Sama seperti aksi diving pada ajang Olimpiade, ada olahraga bernama High Diving yang jauh lebih ekstrem, Superfriends.

High Diving merupakan salah satu olahraga ekstrem yang menuntut keberanian dan kesempurnaan dari sang atlet saat melakukan aksinya. Nantinya, sang atlet tersebut bakal melakukan aksi terjun akrobatik dari ketinggian 20 meter atau lebih sebelum akhirnya mendarat di air. High diving sendiri bisa dilakukan sebagai olahraga petualangan, sebagai aksi pertunjukan, atau secara kompetitif untuk ajang olahraga.

Sejatinya, high diving udah dikenal di Hawaii dan Meksiko sejak akhir abad ke-17. Pada saat itu, mereka memanfaatkan tebing tinggi sebagai titik terjun. Pasti lo bakal berpikir kalau ini mirip seperti cliff diving ya, Superfriends?

Kalau dilihat baik-baik, olahraga high diving emang mirip sama cliff diving, sama-sama terjun ekstrem dari ketinggian dan mendarat di permukaan air. Bedanya hanya lokasi titik mula sebelum terjun, high diving menggunakan ‘panggung’ buatan manusia sedangkan cliff diving memanfaatkan alam seperti tebing.

Menjadi Kompetisi Resmi

Image source: Xinhua/Xie Haining

Federasi Renang Internasional (FINA), yang juga merupakan induk berbagai olahraga akuatik, memasukkan high diving dalam agenda kompetisi resmi pada tahun 2013. High diving pun turut diperlombakan dalam Kejuaraan Dunia FINA pada tahun itu di Barcelona, Spanyol.

Ternyata, perkembangan dan antusiasme orang-orang terhadap high diving cukup memuaskan. Hal ini diketahui karena semakin meningkatnya jumlah peserta ajang dua tahunan tersebut.

Nah, kehadiran olahraga ekstrem high diving pada Kejuaraan Dunia FINA pun menjadi pelengkap kompetisi Red Bull Cliff Diving World Series yang udah diselenggarakan sejak 2009.

Sistem Penilaian High Diving

Image source: twitter.com/fina1908

Dalam ajang olahraga high diving, seorang atlet bakal terjun dari ketinggian 27 meter untuk kategori putra dan 20 meter untuk kategori putri. Para atlet nanti bakal terjun sambil menunjukkan aksi akrobatik yang menawan selama di udara layaknya dalam cabor loncat indah.

Jadi nggak heran kalau kebanyakan atlet high diving emang punya latar belakang atlet loncat indah atau penampilan dalam pertunjukan akrobat.

Nah, setelah terjun dan menampilkan aksi akrobatik, atlet high diving bakal mendarat ke permukaan air dengan kedalaman minimal enam meter dan posisinya kaki yang terlebih dahulu masuk ke air.

Ketika terjun dari ketinggian 27 meter, seorang atlet biasanya bisa mengudara selama tiga detik sebelum akhirnya jatuh ke permukaan air dengan kecepatan 90 km/jam. Jadi nggak heran kalau olahraga satu ini masuk dalam kategori ekstrem.

Untuk sistem penilaiannya, kejuaraan high diving biasanya menghadirkan tujuh orang sebagai juri. Ketujuh juri tersebut bakal menilai aksi atlet berdasarkan tiga bagian: take-off (saat melompat), flight (saat mengudara), dan entry (saat menyentuh permukaan air).

Lalu masing-masing juri bakal memberi nilai 0-10 (kelipatan 0,5). Nantinya, dua nilai tertinggi dan terendah bakal dihapus, jadi tinggal menyisakan tiga nilai. Ketiga nilai itulah yang bakal dijumlahkan dan menjadi poin dari aksi terjun yang dilakukan sang atlet.

Dalam sekali perlombaan, seorang atlet bisa dapat empat kesempatan terjun. Lalu, nilainya bakal diakumulasikan buat menentukan sang pemenang.

Atlet High Diving Papan Atas

Image source: masterhorologer.com

Walaupun olahraga ini masih terbilang baru diperlombakan, tapi udah ada beberapa atlet hebat dengan pencapaiannya yang luar biasa. Salah satu yang paling populer adalah Orlando Duque (Kolombia), yang tercatat sebagai orang pertama yang berhasil menjadi juara dunia high diving pada tahun 2013.

Lalu ada Gary Hunt, atlet asal Britania Raya, yang tercatat udah dua kali memenangkan juara dunia, yaitu pada tahun 2015 dan 2019. Dan juga Steve Lo Bue (Amerika Serikat), juara dunia 2017, yang menjadi atlet pertama yang menampilkan teknik 5 somersault dengan setengah putaran (twist).

Di sektor putri, ada Rhiannan Iffland (Australia) yang udah dua kali menjadi juara dunia high diving pada tahun 2017 dan 2019.

Gimana, lo berani nggak nyobain olahraga ekstrem high diving ini, Superfriends?