Close burger icon

HELLO THERE, SUPER USER !

Please Insert the correct Name
Please Select the gender
Please Insert the correct Phone Number
Please Insert the correct User ID
show password icon
  • circle icon icon check Contain at least one Uppercase
  • circle icon icon check Contain at least two Numbers
  • circle icon icon check Contain 8 Alphanumeric
Please Insert the correct Email Address
show password icon
Please Insert the correct Email Address

By pressing Register you accept our privacy policy and confirm that you are over 18 years old.

WELCOME SUPER USER

We Have send you an Email to activate your account Please Check your email inbox and spam folder, copy the activation code, then Insert the code here:

Your account has been successfully activated. Please check your profile or go back home

Reset Password

Please choose one of our links :

Kilas Balik: Mengunjungi Situs-Situs Musik Terpenting Di Belanda

Author : Admin Music

Article Date : 08/06/2022

Article Category : Noize

Beberapa waktu belakangan, berbagai festival musik internasional sudah kembali digelar. Bagi yang sudah menabung selama dua tahun belakangan, tentunya saat ini cukup dinanti. Terlebih banyak tiket pesawat yang harganya dibanting untuk menarik kembali wisatawan berkunjung ke tujuan destinasi.

Saya pribadi, termasuk salah satu yang beruntung dan berniat cukup besar untuk mengunjungi beberapa festival setiap tahunnya, juga termasuk situs-situs musik terpenting yang ada di Eropa. Sebelum memutuskan untuk memilih tujuan tahun ini, atau mungkin tahun depan, di tulisan ini saya ingin berbagi cerita tentang kunjungan ke Belanda di tahun 2017 lalu.

Menjelajah Belanda sudah menjadi cita-cita sejak kecil. Selain karena ngefans berat dengan klub sepak bola Ajax Amsterdam, Belanda menurut saya memiliki daya tarik tersendiri untuk urusan darmawisata musik. Mereka selalu menjadi titik wajib kunjung bagi banyak band favorit. Festival yang ada di sana juga memiliki deretan line-up yang menurut saya tidak boleh dilewatkan begitu. Kilas balik lima tahun lalu, saya akhirnya sampai di Belanda untuk pertama kalinya.

Tiba di Amsterdam tanggal 6 Februari, saya sudah berbekal itinerary yang paten. Agenda pertama saat itu adalah menyaksikan Teenage Fanclub, band alternatif pop terbaik dari Skotlandia, langsung esok harinya. Mereka tampil di Paradiso dalam rangkaian tur promosi album Here (2016). Paradiso sendiri merupakan salah satu venue legendaris yang sudah berdiri dari tahun 1968 sebagai pusat hiburan di kawasan Leidsplein. AC/DC, David Bowie, Beck, The Cure adalah beberapa nama besar yang di awal karirnya tampil di gedung tua bekas gereja ini.

Sambil menunggu pertunjukan musik berikutnya, saya menghabiskan dua hari berkeliling kota. Mampir ke Stedelijk, museum seni modern yang memiliki perpustakaan dan merch store super komplit. Saat sedang melihat-lihat ke section music, ada buku biografi Bob Dylan yang harganya jauh lebih murah daripada di Indonesia. Langsung saja saya sikat tanpa pikir panjang!

Tak ingin langsung pulang ke hotel, saya kemudian melipir ke Concerto, yang menurut orang Amsterdam merupakan record store paling komplit. Begitu masuk, saya terkaget-kaget dengan koleksinya yang amat banyak. Terbagi menjadi dua lantai, Concerto juga memiliki mini stage untuk band-band yang bekerjasama eksklusif dengan mereka. Saya pun membawa pulang kepingan CD diskografi komplit dari Uncle Acid and The Deadbeats, Soundgarden dan Queens of the Stone Age.

Amsterdam di bulan Februari sebetulnya bukan waktu yang tepat untuk berjalan-jalan menurut sahabat saya, Rosa Ronsdorf, pemilik label rekaman Meduse Magiq dan personel band Spill Gold, karena salju turun cukup lebat di waktu tersebut. Tapi kondisi tersebut tidak menyurutkan niat pol-polan menikmati Belanda. 

Rosa sempat mengajak saya tampil di Red Light Radio untuk "nge-DJ" lagu-lagu Indonesia di sana. Red Light Radio memiliki peran sentral di kancah elektronik Eropa. Radio community-based ini menjadi host untuk banyak kolektif elektronik tampil sebagai pemanasan sebelum menggelar turnya. Sayang, di akhir tahun 2020 lalu, Red Light Radio resmi bubar karena terkena dampak pandemi setelah 10 tahun berdiri.

Setelah 3 hari menelusuri Amsterdam, di tanggal 10 Februari saya pergi ke Eindhoven. Perjalanan 1,5 jam via kereta saya tempuh untuk mengejar penampilan Orange Goblin, band stoner metal berdistorsi super berat itu akan tampil di Dynamo. 

Menurut saya, tidak ada yang lebih tepat daripada menyaksikan band stoner di tempat yang membolehkan siapa saja menghisap bunga hijau dengan santai dan tanpa was-was, haha! Dynamo merupakan situs kebanggaan punk rockers dan metalhead Eindhoven. Selain sebagai venue rutin musik-musik keras, Dynamo setiap tahun menggelar festival Dynamo Open Air sejak tahun 2008 dan menghadirkan nama-nama kelas satu ke sana.

Menginap satu hari di Eindhoven setelah teler dihajar setlist Orange Goblin, besok paginya saya langsung menuju Den Haag. Perjalanan memakan waktu hampir dua jam karena ada masalah di kereta saat itu. Untung jadwal yang sedikit molor tersebut tidak mengganggu rencana saya menonton Grauzone Festival.

Bicara tentang skala, Grauzone bukan festival besar karena hanya di gelar di gedung pertunjukan Paard Van Troje yang berkapasitas sekitar seribu orang. Tapi festival dengan pendekatan intim seperti ini belum pernah saya rasakan sebelumnya dan pastinya menjadi pengalaman baru. Terlebih, sejak jauh-jauh hari, teman saya sekaligus CEO Grauzone, Marc Emmerik, yang juga gitaris band hardcore legendaris Amsterdam, Vitamin X, sudah memberi tahu saya kalau ada Jehnny Beth, mantan vokalis Savages, yang bakal main di sana, bersama dua solois favorit lainnya, King Dude dan Anna Von Hausswolf.

Grauzone yang intim tidak hanya berisikan pertunjukan musik. Ada pameran dari banyak seniman lokal Belanda dan gathering bersama para scenester Eropa lainnya yang diundang oleh Marc. Kalau jeli, bisa membangun koneksi dari sini untuk berbagai project mendatang.

Tiga hari jeda waktu kosong tidak banyak yang saya lakukan. Hanya berkeliling kota-kota sekitar, bersepeda, mencicipi alkohol lokal, dan lain-lain. Sampai tanggal 14 Februari, saya pulang kembali ke Amsterdam untuk show Touché Amoré. Grup post-hardcore yang sedang naik daun itu bakal tampil di Melkweg. Sebuah pabrik susu dan gula tua yang pada tahun 1970 dialihfungsikan menjadi gedung pertunjukan musik.

Saya sempat bertemu Jeremy Bolm, vokalis Touché Amoré, saat sedang menunggu giliran masuk ke venue. Berbincang sebentar dan mengajak berfoto sambil membahas berbagai cerita tur seru mereka di Indonesia tahun 2012 lalu. Saat itu, ada salah satu orang yang menyusul kami berdua dan ikut mengobrol. Kata Jeremy, dia adalah pemain drum dari Angel Du$t, band pembuka Touché Amoré di tur Eropa ini. Saya tidak tahu Angel Du$t sayangnya. Dan ternyata, berselang sekian tahun sampai sekarang, saya baru sadar kalau orang tersebut adalah Daniel Fang, drummer Turnstile, grup hardcore paling beken saat ini, haha!

Jadwal terakhir di tanggal 15 Februari adalah hadir ke Occii. Gedung kecil yang dikelola secara mandiri oleh komunitas musik di Amsterdam, kebanyakan punk rock, meski Occii terbuka untuk jenis musik apa saja. Subhumans, band punk lawas dari pinggiran Inggris akan tampil di malam terakhir dari rangkaian jadwal tur Eropa mereka. Senang rasanya bisa menyaksikan langsung Dick Lucas, setelah sebelumnya saya melewatkan penampilan mereka di Bandung tahun 2012.

PERSONAL ARTICLE

ARTICLE TERKINI

Tags:

#yulio piston #Supernoize #amsterdam #Melkweg #Grauzone Festival #Concerto #Bob Dylan

0 Comments

Comment
Other Related Article
image article
Noize

Rudolf Dethu: Muda, Bali, Bernyali

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Perilaku Individu Musik Indonesia di Era ‘Baby Boomers’ dan ‘Gen X’

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Yulio Piston: Tentang Menjadi Pengkritik Musik

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Sudah Saatnyakah Indonesia Punya Rock ‘n Roll Hall of Fame?

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Acum Bangkutaman: Mencari Band Buruk yang Berpengaruh

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Berkeliling Eropa Bersama Morgensoll dalam Eternal Tour 2023

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Pentingnya Paham Soal Hukum dalam Industri Musik

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Musisi Bertopeng dan Budaya Asalnya

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Menebak-nebak Masa Depan Vinyl Indonesia

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Catatan Perjalanan: EHG Forever, Forever EHG!

Read to Get 5 Point
image arrow
1 /