Author :
Article Date : 04/11/2016
Article Category : Super Buzz
6.5/10
Rilis album terbaru Kings of Leon Walls – singkatan dari We Are Like Love Songs – 14 Oktober lalu mungkin membuat kita bertanya-tanya, kapan terakhir mereka menciptakan track lagu yang memorable? Band Followill bersaudara asal Nashville, Tennessee ini pertama kali melambung sejak penampilan pertama mereka dengan image band garage-rock asal selatan. Diproduseri Angelo Petraglia dan Ethan Johns, dua album pertama mereka dipenuhi berbagai track kuat, seperti "The Bucket", "Four Kicks", "King of the Rodeo" yang mengingatkan kita dengan Lynyrd Skynyrd dan The Strokes. Puncaknya ada di album ke-empat mereka Only by the Night yang terdengar lebih komersial lewat melodi kuat "Sex on Fire" dan "Use Somebody". Sayangnya, album ke-tujuh mereka ini terdengar seperti terlalu berusaha menciptakan single-single yang terlalu kentara dari sisi formula musik.
Dibuka dengan track “Waste A Moment”, kita mungkin akan terkesima dengan konsep komposisi visual kuat ala post Instagram serta reff ‘whoa-oh’ yang sekilas mirip “Sex on Fire”. Sementara riff gitar di track “Find Me” terdengar dinamis walau sedikit ringan. Track pelan seperti “Muchacho” serta balada “Wild” dan “WALLS” mengalun lambat, sayangnya terasa aman dan kelewat melankolis. Lebih mengkilap jika dibandingkan album awal mereka, sentuhan 80’an yang mereka angkat membuat kita rindu dengan sisi liar Kings of Leon sebelumnya yang enerjik dan lugas.
Di bawah naungan produser Markus Dravs yang membesarkan Arcade Fire, Mumford & Sons, dan turut membantu menulis dua track Florence + The Machine di album How Big, How Blue, How Beautiful, album ini seperti diciptakan untuk sering didengarkan di radio. Lebih dewasa dan tidak menggebu, vokal Caleb Followill kali ini seperti sekadar mengalun. Namun kita masih bisa merasakan sedikit sentuhan ala The Strokes asal selatan di track “Eyes On You”. Dengan lirik yang kurang bercerita serta melodi yang repetitif, WALLS mungkin terdengar detil secara musikalitas namun hampa dari sisi esensi kreatif. Seperti album yang enak untuk didengar sekali, yang kemudian langsung kita simpan di lemari koleksi.
Please choose one of our links :