Author :
Article Date : 16/09/2019
Article Category : Super Show
Beres tur Asia bersama sesama rekan asal Semarang, Tiderays, AK//47 seakan tak jera-jera untuk menapak panggung. Unit grindcore ini langsung maju dengan hajatan konser guna merayakan usia kepala dua mereka. Bertajuk “20 Years On The Grind”, konser monumental tersebut resmi membising pada tanggal 19 Agustus lalu.
Adapula penampilan dari Aimless dan rekan satu tur Asia mereka, Tiderays, yang tampil sebagai band pembuka.
Di balik konser "rusuh" (dalam konteks positif) ini, adalah Semarang On Fire dan S-45 Music Club yang menjadi dalangnya. Panggung AK//47 kala itu menjadi set terpanjang bagi band yang sudah berdiri semenjak tahun 1999 ini.
Mereka membayar semua ekspektasi penonton dengan lagu-lagu dari album Verba Volant, Scripta Manent (2016) sebagai nomor pembuka. Kolaborasi juga menjadi bagian dari acara tersebut, “So You Call Yourself A Revolutionary” dilantangkan bersama dengan Debronzes—vokalis dari unit death metal, Syndrome.
“Komposisi ini memang selayaknya diisi beliau, mengemban tempo yang lamban di tengah sekian lagu kami yang cepat dan padat. Tentunya kiprahnya sebagai ilustrator dan musik di Semarang ini telah menginspirasi berbagai generasi,” ujar Novelino Adam, pencabik bass, terkait kolaborasi di atas panggung itu.
Namun, kolaborasi tak hanya sampai di sana. Setelah menggencarkan “Kepada Bunga Yang Tumbuh di Beton” dan “Tanah Berkarat”, Yogi Ario (drum) mengamuk dengan drum blast beat dalam “Makan Semen”, lagu yang berkolaborasi dengan Rudy Murdock, vokalis dari Radical Corps.
Kegilaan apik itu kemudian dilanjutkan dengan tembang “Grinkor Petir”, sebuah komposisi anthemic yang jelas disambut sing-a-long nan membahana dari penonton. Untuk itu, tata cahaya panggung yang spektakuler juga turut ambil bagian, menjalankan tugasnya dengan cara yang paling tepat.
Pergantian posisi pun dimulai saat set reuni dipersiapkan dengan formasi awal AK//47; yakni Kesit (vokal, bas), Bhaskoro (gitar) dan Garna Raditya yang semula set utama pada vokal dan gitar beralih pada drum.
Teriakan Kesit membuka set reuninya dengan “Yang Muda Yang Melawan”—sebuah momen yang langsung direspons secara gila oleh penonton.
Nomor-nomor pun tak disapu begitu saja. “Hipocrisy Crew” dari rilisan Tidak Setuju (EP, 2003) dan Barricades Close The Street But Open The Way (2006) hingga tembang milik band legendaris Warzone, “The Sound of Revolution” disajikan kepada para penonton. Aksi panggung terus didorong ke puncak acara; dari “Lempar Petasan ke Podium”, “Loncati Pagar Berduri” hingga akhirnya ditutup dengan “Punguti Aksara” oleh Afri (Sergapanmalam) yang didapuk mengisi vokal.
Bagi kalian yang tidak sempat menyambangi perayaan 20 tahun ini, kalian tidak perlu terlalu berberat hati. Rangkaian selebrasi 20 tahun ini akan terus berlanjut dengan berbagai rencana yang masih dalam pengerjaan. Salah satunya adalah membuat rilisan spesial yang akan melibatkan berbagai insan kreatif dari Semarang dan pengerjaan video dokumenter yang terus berlangsung hingga sampai tahun depan.
“Tahun ini merupakan masa yang tepat berkontemplasi untuk kami bahwa untuk apa masih bertahan di jalan ini. Ini agar kami tetap saling merawat dalam lintas masa, baik semangat maupun ingatan-ingatan yang belum tercatat,” tutup Garna Raditya (vokal, gitar).
Please choose one of our links :