Bagi kalian pendengar rilisan dan album-album musisi independen lokal, ada satu fenomena tersembunyi yang kelamaan mencolok mata: labelnya kok ganti-ganti terus?! Dari sejumput masalah, keuntungan dan benang merah di kancah musik Indonesia, elemen yang satu ini memang sering terlupakan. Tapi, kalau mereka-mereka ini enggak ada, yakin kita sebagai pendengar juga skip rilisan lokal yang oke punya.
Sementara era 2000 dipegang kuartet Fast Forward, Aksara, Rottrevore dan Demajors, di dekade 2010 makin banyak label rekaman independen yang muncul atau gulung lapak. Di artikel kali ini, SUPERMUSIC bakal kasih kalian contekan buat ngulik album-album dan label lokal jagoan selama sepuluh tahun kemarin. Lezgo!
1. Kolibri Rekords
Who: Sekelompok pemuda(i) dari suburban satelit Jakarta, banyak yang bilang ada di spektrum sound Captured Tracks. Singkatnya: musik tenang yang bikin gerak (dikit), buat kalian yang kupingnya nempel ke Beach Fossils, DIIV dan sebangsanya.
Essential Releases: Bedchamber - Perennial (2014), Grrl Gang - Not Sad, Not Fulfilled (2018), Low Pink - Phases (2016) & Jirapah - Planetatrium (2019)
2. Anoa Records
Who: Pendeknya: Peter Walaandouw. Panjangnya: kolase college rock, punk rock ramah, flannel, blogspot, playlist alternatif sore-sore atau pemanasan berangkat ke bar sempit. Buat kalian yang terlalu kecanduan Fugazi, Husker Du sambil tipis-tipis koleksi t-shirt shoegaze 90-an.
Essential Releases: Seaside - Undone (2013), Holy Noise - Indonesian Shoegazer Compilation (2015), Barefood - Milkbox (2017) & Damascus - Superblaster (2019)
3. Orange Cliff Records
Who: Musik-musik di tepian hasil kuratorial dari Bandung Utara: heavy rock berbumbu psikedelik/space rock, solois perempuan French Pop, elektronika berdecit sampai ke prog-rock instrumental dan jazz/New Age/noise. Lengkap bukan? Label ini cocok buat kalian yang suka Autechre tapi kadang (masih suka) nyetel Dead Meadow menjelang maghrib.
Essential Releases: Bin Idris - ST (2016) & Mahabharata (2012-2019), Sigmun - Cerebro (2013) & Crimson Eyes (2016), KUNTARI - Black Shirt Attracts More Feather (2020)
4. Lawless Jakarta Records
Who: Bagian paling seru dan underrated dari Lawless-Entertainment Complex di sebuah pengkolan Kemang, Jakarta Selatan. Heavy metal ngebut, post-punk kuburan, horror punk feat. pocong dan sludge sadis. Tentunya label ini buat kalian yang suka ke Lawless (duh!), dari belanja sambil ngemil sampai motor lupa parkir di sebelah mana. Kalau ada yang tanya rock dan metal Indonesia ke mana, coba suruh ke sini saja.
Essential Releases: Godplant - Turbulensi (2018), Kelelawar Malam - Jalan Gelap (2017), Hurt 'Em - Condolence (2017), Pelteras - Meranggas/Pusaran (2017)
5. Grimloc Records
Who: Slogan label ini adalah “Bring the Noise Like Its 88”, atau kode pos kandang hip-hop jeep beats dan boom bap paling garang sepuluh tahun belakangan di Indonesia. Kolektif/koperasi berbentuk label rekaman asal Bandung ini adalah garapan muka-muka lama (ingat Homicide dan D’Army?), jadi, segala rilisannya tentu old school cool atau sekaligus instant classic. Penasaran? Sudah seharusnya.
Essential Releases: Semua EP Homicide, Hark! It’s A Crawling Tar-Tar - Dorr Darr Gelap Communique (Rerelased), Flukeminimix - Between Spaces Into Space (2015) & Krowbar - Swagton Nirojim (2018)
6. Yes No Wave Music
Who: Save the best for the last. Netlabel paling menarik di pulau Jawa sejak 2007 yang bermarkas di Yogyakarta ini sukses menjodohkan pelantun vokal Rully Shabara dan multi-instrumentalis bambu Wukir Suryadi menjadi Senyawa, memberi ruang buat Zoo menyelesaikan epiknya, menggali arsip dan merekam ulang lagu-lagu Dialita, memperkenalkan Bvrtan ke telinga kita, melepas satu-satunya album duo dark folk Rabu, hingga berhasil merekam ulang materi proto-funkot Barakatak. Cara terbaik membuang waktu luang adalah dengan menggali katalog Yes No Wave.
Essential Releases: Kelelawar Malam - Desmodus Totundus (2009), Bvrtan - Pemuja Sawah Tebu (2011), semua rilisan Zoo dan Senyawa (dan semua proyek Rully Shabara dan Wukir Suryadi), Barakatak - Bergoyang Again (2019), Rabu - Renjana (2013), Frau - Starlit Carousel (2010), Dialita - Dunia Milik Kita, dan Gabber Modus Operandi.
Please choose one of our links :