Namanya seperti julukan salah satu negara di Eropa, namun label rekaman indie ini nyatanya berdiri di kota New York, Amerika Serikat. Ya, Matador Records. Sekilas namanya membuat orang mengira bahwa label ini berada di Spanyol.
Adalah Chris Lombard yang menjadi sosok pendiri dari salah satu label rekaman indie terbesar di Amerika Serikat dan dunia saat ini. Perjalanan Lombard dimulai ketika ia bersama rekannya, Gerard Cosloy, tergabung dalam sebuah band indie underground.
Cosloy sendiri sebelumnya pernah menjalankan sebuah label rekaman bernama Homestead Records pada pertengahan tahun 80-an. Sementara itu, Lombardi bekerja untuk distributor Homestead, Dutch East India Trading. Keduanya lantas menjadi teman dekat dan memutuskan mendirikan Matador Records pada akhir 80-an.
Mereka memulai Matador Records di apartemen Lombardi di New York. Rilisan pertama dari label indie ini adalah duoe asal Austria H.P. Zinker. Lombardi terus menambahkan artis ke daftar label, dengan band-band seperti Dust Devils, Railroad Jerk dan Superchunk. Di masa itu, tujuan Matador Records sangat sederhana: merilis rekaman yang tidak akan dilakukan oleh orang lain dengan band-band indie macam HP Zinker, Railroad Jerk, dan Dustdevils.
Seiring berkembangnya label rekaman mereka, Lombardi merekrut Patrick Amory untuk menjadi manajer di Matador Records pada 1994. Matador pertama kali menarik perhatian media arus utama dan penjualan yang lebih besar dengan merilis rekaman debut Teenage Fanclub di Amerika Utara, A Catholic Education pada tahun 1990.
Rilisan awal lainnya yang mendukung label terus berkembang dan dikenal termasuk album studio debut Pavement Slanted and Enchanted pada tahun 1992 dan album debut Liz Phair, Exile in Guyville pada tahun 1993.
Pada pertengahan 90-an, Matador tidak lagi menjadi operasi yang sepenuhnya independen. Pada 1993, mereka bermitra dengan Atlantic Records selama tiga tahun. tahun 1996, Capitol Records membeli 49 persen saham di Matador, yang dibeli kembali oleh Lombardi dan Cosloy pada tahun 1999.
Meskipun hubungan dengan label-label besar itu pada akhirnya berumur pendek, Matador tidak pernah melupakan ambisinya untuk terus konsisten di jalur indie dan berbelok dari arus utama.
“Kami adalah semacam label mainstream dan label bawah tanah pada saat yang sama. Dan jika seseorang akan mengatakan bahwa tidak jujur bagi kami untuk menyebut diri kami sebagai label indie itu cukup adil—saya bisa menerima kritik itu," ujar Cosloy.
“Tapi saya merasa kami selalu berpegang teguh pada senjata kami. Selera kami berubah dan berubah dan ada hal-hal baru yang kami temukan sepanjang waktu, tetapi secara umum, kami adalah pria yang sama yang telah ada sejak hari pertama," tambah Lombardi.
Untuk mendukung perluasan ekspansi labelnya, Lombardi mempersilakan Beggars Group membeli 50% saham Matador Records pada 2002 dan mengambil alih pemasaran label di seluruh dunia. Selama bertahun-tahun, Matador terus berkembang dan memiliki kantor di London dan New York.
Matador telah membantu artis seperti Yo La Tengo, Cat Power, Cornelius, Solex, Pizzicato Five, Helium, dan Arsonists menjangkau pendengar yang lebih luas di seluruh dunia.
“Salah satu hal yang selalu kami coba lakukan adalah mencapai setinggi yang kami bisa, tetapi tanpa mengorbankan artis yang ingin kami ajak bekerja sama,” kata Chris Lombardi.
“Kami ingin musik band kami menarik sebanyak mungkin orang, tetapi kami tidak ingin [band] mengubah siapa mereka," jelasnya.
Sebagai label yang telah berjalan lebih dari 30 tahun, Lombardi mafhum diperlukan penyesuaian dengan perubahan zaman. Saat ini, Matador Records mencoba lebih berhati-hati dalam merilis sebuah rekaman. Sebuah hal yang sangat berbeda jika dibandingkan ketika mereka beroperasi di era 2000-an.
Meski begitu, Matador Records tetap memiliki roster yang berkualitas. Di antara musisi dan band-band yang ada di daftar Matador Records, mereka adalah musisi kenamaan seperti Car Seat Headrest, Queens of the Stone Age, King Krule, Interpol, hingga Julien Baker.
Image source: Matador Records Official Website
Please choose one of our links :