Grup musik Scaller belum lama ini merilis single bertajuk “Music All We Have”. Lagu ini hadir sebagai pembuka bagi album mendatang mereka yang dijadwalkan rilis pada bulan September ini.
Lagu ini menampilkan musik rock yang sebetulnya identik dengan gaya progresif mereka.
Overdrive gitar dan tabuhan drum enerjik seolah menyelimuti vokal Stella, yang juga terdengar mengawang namun tetap dengan artikulasi yang jelas.
Album yang akan rilis pada bulan-bulan ini disebut oleh mereka akan membawa banyak kejutan untuk para pendengarnya. Di sisi lain, album ini akan memulai babak baru band ini. Sebagai pendukung rilisnya album, Stella dan Reney mengaku telah menyiapkan sejumlah hal, termasuk kembalinya mereka ke panggung live yang sangat mereka rindukan.
Melalui wawancara di berbagai media, Stella menceritakan bagaimana proses rekaman itu menangkap banyak energi murni dan semangat yang terjadi dalam proses rekaman mereka.
“Kami hanya tidak ingin berlebihan. Kedekatan dan semangat yang murni dari ruang rekaman adalah sesuatu yang ingin kami tangkap dalam album ini. Itu tidak akan terdengar sepenuhnya mirip dengan 'Music All We Have', itu adalah langkah yang tepat untuk menggambarkan album tetapi jelas tidak secara keseluruhan, "katanya.
Dua personel Scaller Stella Gareth dan Reney Karamoy menyebut, hadirnya single ini di sisi lain sebagai penghormatan atas perjalanan kiprah bermusik mereka saat ini.
Reney menyebut, selama kurun waktu 13 tahun ini mereka telah melewati semua perjuangan melalui musik. Rilisnya single ini disebut seperti cara mereka mengucapkan terima kasih kepada musik.
“Kami mencurahkan banyak waktu, tenaga dan energi kami untuk musik sehingga kami mulai menyadari bahwa musik dulu dan sekarang masih merupakan bagian penting dari alasan keberadaan kami. Pada akhirnya, musik adalah satu-satunya yang kita miliki,” kata Stella.
Sebagai pengingat, Stella dan Reney membentuk Scaller pada 2009. Mereka menjadi musisi independen sejak pertunjukan bar-hopping. Terlahir dari kecintaan mereka pada musik rock, pasangan ini telah mendapatkan "10.000 jam latihan musik" yang mencakup The Beatles dan Oasis di bar dan kafe lokal di sekitar Jakarta.
Rutinitas itu berlangsung selama tiga tahun sampai mereka menyadari sudah waktunya untuk keluar dari bayang-bayang band-band besar yang mereka cover dan mengikuti jejak mereka dengan musik mereka sendiri.
Kemudian mereka merilis album ‘M.I.B (Mind Is Battlefield) serta ‘Live And Do’ pada 2013. Lalu album ‘Senses’ pada 2017 yang mencakup kalangan pendengar lebih luas lagi.
Kini, duo alternatif Indonesia tersebut memulai petualangan baru saat mereka menemukan rumah mereka di label pertama mereka Archangel Records. Momen ini jadi penanda awal dari fase berikutnya dari karir musik mereka, yang telah mereka kerjakan dengan susah payah.
Please choose one of our links :