Author :
Article Date : 07/10/2019
Article Category : Noize
Salah satu hal yang banyak ditanamkan oleh orang tua kepada kita sejak kecil adalah budaya bergotong-royong. Saat sekolah pun kita juga dibiasakan mengerjakan tugas dalam bentuk berkelompok. Terbukti cara ini efektif meningkatkan kecepatan dalam menyelesaikan tujuan yang ingin dicapai.
Sebagai contoh misalnya, seorang murid diberi tugas untuk membuat prakarya Origami. Katakanlah masing-masing kelompok terdiri dari lima orang. Pembagian tugas terdiri dari, dua orang yang pergi berbelanja sedangkan tiga lainnya mengerjakan lipatan.
Sudah pasti tugas itu akan selesai dalam waktu yang lebih singkat dan modal yang dikeluarkan pastinya lebih ringan. Yup, "modal" atau nominal rupiah yang dikeluarkan akan semakin sedikit saat kita menggalang patungan. Cara ini pun juga digunakan para musisi untuk berkarya.
Dalam hal memproduksi sebuah karya biasanya akan membutuhkan nominal tertentu. Salah satu solusi terbaik adalah dengan merangkul pendengar atau kerabat terdekat untuk patungan agar karya terwujud. Di tahun 2013, Efek Rumah Kaca sudah menerapkan hal ini.
Aksi itu seolah menjadi perkenalan bagi kaum muda tentang budaya patungan mendukung musisi berkarya. Efek Rumah Kaca mengajak para pendengarnya untuk patungan agar band mutasi mereka, Pandai Besi, dapat merekam intrepretasi ulang karya Efek Rumah Kaca di Studio Lokananta. Banyak hadiah yang ditawarkan bagi mereka yang mendukung rekaman Pandai Besi di Lokananta.
Proyek pengumpulan dana publik untuk membiayai rekaman Pandai Besi dibagi dalam beberapa kategori. Mulai dari harga Rp 60 ribu yang akan mendapatkan kaset Pandai Besi dan foto Pandai Besi. Hingga paket termahal patungan adalah dengan biaya Rp.10 juta (!), yang akan mendapatkan kaset, CD, kaus, totebag, dan private acoustic session Pandai Besi saat acara ulang tahun atau lainnya (sesuai dengan kesepakatan), terbatas untuk 5 orang.
Menonjolkan sisi emosional pendengar atas band kesukaan mereka terbukti efektif, hingga akhirnya Pandai Besi berhasil menyelesaikan rekaman dan bahkan menggelar mini konser Daur Baur. Budaya patungan juga diterapkan oleh band Iga Massardi terdahulu jauh sebelum ia menyalakan "Api dan Lentera" dari atas panggung. Ya, pastinya kita langsung teringat nama The Trees and The Wild.
Tepat setahun sebelum adanya budaya patungan dari Pandai Besi, The Trees and The Wild juga pernah mengajak pendengarnya untuk menggelar patungan untuk biaya tur Eropa. Ada sepuluh jenis sumbangan yang disediakan dengan imbalan berupa paket eksklusif berbeda-beda satu sama lain, sesuai dengan jumlah uang yang disumbangkan.
Pembagian jenis patungan itu adalah US$5 (imbalan bebas download single dari album terbaru dua bulan sebelum dirilis), US$15 (ucapan terima kasih di situs resmi The Trees and the Wild dan tautan bebas unduh album terbaru, dua bulan sebelum dirilis), US$25 (kartu pos ucapan terima kasih dan poster tur Eropa terbatas), US$50 (paket merchandise lengkap; poster tur Eropa, kaos tur Eropa, tote bag dan kartu ucapan terima kasih pribadi), dan US$100 (paket merchandise lengkap dan album mini edisi tur Eropa).
Seluruh dana untuk melakukan patungan dikumpulkan melalui platform crowdfounding ToGather.Asia. Proyek ini terbilang berhasil dan berbuah gelaran tur Eropa di beberapa kota.
Banyaknya cerita keberhasilan musisi melakukan patungan, membuat kita semakin akrab dengan berbagai proyek patungan atau yang beberapa tahun terakhir banyak menyebutkan dengan istilah crowdfunding. Sebut saja Fourtwnty dan Tulus yang tahun lalu berhasil mengumpulkan dana mandiri melalui patungan di kisaran dana terkumpul Rp 50 juta hingga Rp 100 juta.
Tahun 2019, publik juga dikejutkan dengan sebuah proyek crowdfunding yang hanya dilakukan dalam waktu super singkat, yaitu, satu hari saja. Barasuara, The Adams, dan Elephant kind, bergabung menjadi satu dalam sebuah gigs untuk merayakan peluncuran album masing-masing, yang tanpa disengaja dirilis bersamaan. Gigs dengan nama #PestaBersama ini berhasil terdanai 98% dari target melalui platform kolase.com.
Banyaknya proyek patungan yang berhasil diwujudkan merupakan langkah yang baik untuk industri musik yang sehat. Sudut pandang musisi akan berkata senang diapresiasi, sedangkan sudut pandang penggemar atau pendengar, juga senang dapat mengapresiasi dan menjadi bagian dari karya sang idola. Tentu hal ini akan menjadi salah satu sumber pendapatan bagi musisi, yang mungkin dapat menjadi solusi untuk terus berkarya tanpa perlu mengkhawatirkan biaya.
Bicara soal patungan, urunan, kolekan, hingga crowdfunding semuanya memiliki makna serupa. Pastinya punya penerapan beragam dalam keseharian. Gimana? Apa sudah mulai terpikir ingin patungan untuk suatu karya atau kegiatan? Kalau bisa, jangan hanya sebatas patungan bayar sewa lapangan futsal atau malah buat hal-hal negatif ya.
Please choose one of our links :