Close burger icon

HELLO THERE, SUPER USER !

Please Insert the correct Name
Please Select the gender
Please Insert the correct Phone Number
Please Insert the correct User ID
show password icon
  • circle icon icon check Contain at least one Uppercase
  • circle icon icon check Contain at least two Numbers
  • circle icon icon check Contain 8 Alphanumeric
Please Insert the correct Email Address
show password icon
Please Insert the correct Email Address

By pressing Register you accept our privacy policy and confirm that you are over 18 years old.

WELCOME SUPER USER

We Have send you an Email to activate your account Please Check your email inbox and spam folder, copy the activation code, then Insert the code here:

Your account has been successfully activated. Please check your profile or go back home

Reset Password

Please choose one of our links :

Patungan: (Mungkin) Jadi Bahan Bakar Musisi Berkarya

Author :

Article Date : 07/10/2019

Article Category : Noize

Salah satu hal yang banyak ditanamkan oleh orang tua kepada kita sejak kecil adalah budaya bergotong-royong. Saat sekolah pun kita juga dibiasakan mengerjakan tugas dalam bentuk berkelompok. Terbukti cara ini efektif meningkatkan kecepatan dalam menyelesaikan tujuan yang ingin dicapai.

Sebagai contoh misalnya, seorang murid diberi tugas untuk membuat prakarya Origami. Katakanlah masing-masing kelompok terdiri dari lima orang. Pembagian tugas terdiri dari, dua orang yang pergi berbelanja sedangkan tiga lainnya mengerjakan lipatan.

Sudah pasti tugas itu akan selesai dalam waktu yang lebih singkat dan modal yang dikeluarkan pastinya lebih ringan. Yup, "modal" atau nominal rupiah yang dikeluarkan akan semakin sedikit saat kita menggalang patungan. Cara ini pun juga digunakan para musisi untuk berkarya.

Dalam hal memproduksi sebuah karya biasanya akan membutuhkan nominal tertentu. Salah satu solusi terbaik adalah dengan merangkul pendengar atau kerabat terdekat untuk patungan agar karya terwujud. Di tahun 2013, Efek Rumah Kaca sudah menerapkan hal ini.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

#MenjadiIndonesia Lokananta Solo

A post shared by @ pandai_besi on

Aksi itu seolah menjadi perkenalan bagi kaum muda tentang budaya patungan mendukung musisi berkarya. Efek Rumah Kaca mengajak para pendengarnya untuk patungan agar band mutasi mereka, Pandai Besi, dapat merekam intrepretasi ulang karya Efek Rumah Kaca di Studio Lokananta. Banyak hadiah yang ditawarkan bagi mereka yang mendukung rekaman Pandai Besi di Lokananta.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

#pandaibesi #Lokananta

A post shared by @ pandai_besi on

Proyek pengumpulan dana publik untuk membiayai rekaman Pandai Besi dibagi dalam beberapa kategori. Mulai dari harga Rp 60 ribu yang akan mendapatkan kaset Pandai Besi dan foto Pandai Besi. Hingga paket termahal patungan adalah dengan biaya Rp.10 juta (!), yang akan mendapatkan kaset, CD, kaus, totebag, dan private acoustic session Pandai Besi saat acara ulang tahun atau lainnya (sesuai dengan kesepakatan), terbatas untuk 5 orang.

Menonjolkan sisi emosional pendengar atas band kesukaan mereka terbukti efektif, hingga akhirnya Pandai Besi berhasil menyelesaikan rekaman dan bahkan menggelar mini konser Daur Baur. Budaya patungan juga diterapkan oleh band Iga Massardi terdahulu jauh sebelum ia menyalakan "Api dan Lentera" dari atas panggung. Ya, pastinya kita langsung teringat nama The Trees and The Wild.

Tepat setahun sebelum adanya budaya patungan dari Pandai Besi, The Trees and The Wild juga pernah mengajak pendengarnya untuk menggelar patungan untuk biaya tur Eropa. Ada sepuluh jenis sumbangan yang disediakan dengan imbalan berupa paket eksklusif berbeda-beda satu sama lain, sesuai dengan jumlah uang yang disumbangkan.

Pembagian jenis patungan itu adalah US$5 (imbalan bebas download single dari album terbaru dua bulan sebelum dirilis), US$15 (ucapan terima kasih di situs resmi The Trees and the Wild dan tautan bebas unduh album terbaru, dua bulan sebelum dirilis), US$25 (kartu pos ucapan terima kasih dan poster tur Eropa terbatas), US$50 (paket merchandise lengkap; poster tur Eropa, kaos tur Eropa, tote bag dan kartu ucapan terima kasih pribadi), dan US$100 (paket merchandise lengkap dan album mini edisi tur Eropa).

Seluruh dana untuk melakukan patungan dikumpulkan melalui platform crowdfounding ToGather.Asia. Proyek ini terbilang berhasil dan berbuah gelaran tur Eropa di beberapa kota.

Banyaknya cerita keberhasilan musisi melakukan patungan, membuat kita semakin akrab dengan berbagai proyek patungan atau yang beberapa tahun terakhir banyak menyebutkan dengan istilah crowdfunding. Sebut saja Fourtwnty dan Tulus yang tahun lalu berhasil mengumpulkan dana mandiri melalui patungan di kisaran dana terkumpul Rp 50 juta hingga Rp 100 juta.

Tahun 2019, publik juga dikejutkan dengan sebuah proyek crowdfunding yang hanya dilakukan dalam waktu super singkat, yaitu, satu hari saja. Barasuara, The Adams, dan Elephant kind, bergabung menjadi satu dalam sebuah gigs untuk merayakan peluncuran album masing-masing, yang tanpa disengaja dirilis bersamaan. Gigs dengan nama #PestaBersama ini berhasil terdanai 98% dari target melalui platform kolase.com.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Pesta Bersama adalah acara kolektif Barasuara, Elephant Kind dan The Adams untuk merayakan album baru masing-masing dalam yang kebetulan beredar di waktu yang nyaris bersamaan. Di Pesta Bersama, Barasuara, Elephant Kind dan The Adams akan tampil secara bergiliran untuk membawakan lagu-lagu dari Pikiran dan Perjalanan, The Greatest Ever dan Agterplaas, serta sejumlah lagu lama masing-masing. Bisa jadi akan ada juga beberapa kejutan seru. Untuk menjadi bagian dari Pesta Bersama, silakan dapatkan akses seharga Rp 150.000 di Kolase.com/bikinnyata selama persediaan masih ada. Sampai jumpa di Eastern Promise hari Senin 15 April jam 19:00. #PestaBersama #BikinNyata

A post shared by The Adams (@theadamsband) on

Banyaknya proyek patungan yang berhasil diwujudkan merupakan langkah yang baik untuk industri musik yang sehat. Sudut pandang musisi akan berkata senang diapresiasi, sedangkan sudut pandang penggemar atau pendengar, juga senang dapat mengapresiasi dan menjadi bagian dari karya sang idola. Tentu hal ini akan menjadi salah satu sumber pendapatan bagi musisi, yang mungkin dapat menjadi solusi untuk terus berkarya tanpa perlu mengkhawatirkan biaya.

Bicara soal patungan, urunan, kolekan, hingga crowdfunding semuanya memiliki makna serupa. Pastinya punya penerapan beragam dalam keseharian. Gimana? Apa sudah mulai terpikir ingin patungan untuk suatu karya atau kegiatan? Kalau bisa, jangan hanya sebatas patungan bayar sewa lapangan futsal atau malah buat hal-hal negatif ya.

PERSONAL ARTICLE

ARTICLE TERKINI

Tags:

#Kolaborasi #patungan #Efek Rumah Kaca #pandai besi #Barasuara #the adams #elephant kind #kolektivitas #berita musik indonesia #musik lokal baru #akbarry

0 Comments

Comment
Other Related Article
image article
Noize

Rudolf Dethu: Muda, Bali, Bernyali

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Perilaku Individu Musik Indonesia di Era ‘Baby Boomers’ dan ‘Gen X’

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Yulio Piston: Tentang Menjadi Pengkritik Musik

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Sudah Saatnyakah Indonesia Punya Rock ‘n Roll Hall of Fame?

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Acum Bangkutaman: Mencari Band Buruk yang Berpengaruh

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Berkeliling Eropa Bersama Morgensoll dalam Eternal Tour 2023

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Pentingnya Paham Soal Hukum dalam Industri Musik

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Musisi Bertopeng dan Budaya Asalnya

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Menebak-nebak Masa Depan Vinyl Indonesia

Read to Get 5 Point
image arrow
image article
Noize

Catatan Perjalanan: EHG Forever, Forever EHG!

Read to Get 5 Point
image arrow
1 /