Di Indonesia--yang ekosistem bisnis musiknya masih dalam tahap berkembang--meski lambat tapi menunjukkan progres menarik, profesi music publicist mungkin masih jarang didengar oleh banyak orang.
Saat sebuah band memutuskan untuk memulai petualangan musikalnya, sosok manajer adalah peran sentral yang kemudian dicari keberadaannya. Memang betul bila dikatakan bahwa manajer memegang andil besar dalam perkembangan sebuah band.
Segala macam tetek bengek dari urusan mengatur bisnis hingga membangun narasi komunikasi tentang unit tersebut menjadi daftar yang harus dikerjakan oleh seorang manajer.
Namun, sebetulnya seorang music publicist bisa meringankan beban kerja manajer apabila polanya diatur sedemikian rupa dan tepat guna. Music publicist serupa tapi tak sama dengan manajer. Bila melihat dari pengertiannya sendiri, manajer sebetulnya dituntut untuk dapat lebih tanggap mengurus hal-hal terkait perkara bisnis dan manajemen internal, sedangkan music publicist berurusan dengan pembentukan cara komunikasi band dengan pihak-pihak eksternal.
Bagaimana cara mempresentasikan diri ke publik saat wawancara, mencari gaya komunikasi yang pas, serta membangun serangkaian cerita menarik untuk dibawa kepada para penggemar serta media. Secara garis besar mungkin hal-hal tersebut yang menjadi ranah kerja seorang music publicist.
Becky Laverty, seorang public relation dan music publicist dari label Prosthetic Records di Inggris dan Roadburn Festival di Belanda pernah mengatakan dalam salah satu wawancaranya, "Mungkin dengan berkata seperti ini saya cukup menyederhanakan peran seorang music publicist, tetapi inti dari pekerjaan ini adalah tentang mempublikasikan dan memasarkan sebuah band, selain musik mereka itu sendiri, ternyata ada banyak hal yang dapat diolah dan menarik perhatian, termasuk tentang cerita-cerita yang ada di balik mereka."
Karena sejatinya seorang musisi atau seniman seharusnya hanya mengurusi soal karya dan nilai-nilai substansial di dalamnya. Demi menjaga fokus menciptakan karya yang mumpuni pula tajam tanpa perlu mengurusi banyak hal lain di luar itu, maka mereka mempekerjakan pihak lain, manajer dan music publicist contohnya.
Satu sosok yang mungkin bisa, secara langsung maupun tidak, dikatakan sebagai seorang music publicist yang baik di Indonesia adalah Rudolf Dethu. Dengan modal kefasihan bertutur kata dan membangun narasi, Rudolf Dethu membentuk imej yang sangat kuat ketika menjadi bagian dari awal perjalanan karier Superman Is Dead.
Sehingga karakter trio punk rockers flamboyan, in-yer-face attitude, macho nan seruntulan, f*ck the world namun tetap penuh cinta, adalah sederet imej yang menancap pada publik ketika mendengar nama tiga bandit Bali tersebut.
Dalam beberapa interview yang beredar di internet, Rudolf Dethu mengaku pada banyak kesempatan korespondensi dengan berbagai pihak eksternal, dirinya mencoba untuk selalu paten menancapkan nilai-nilai serta batasan bagaimana ia memperlihatkan wajah Superman Is Dead dan mencoba menularkan pengertian tersebut ke publik.
***
Jadi kapan sebuah band perlu mempekerjakan seorang music publicist?
Monica Seide, music publicist kawakan yang bekerja untuk nama-nama besar di jagat metal seperti TOOL, Baroness sampai Melvins, mengatakan bahwa sebuah band tidak perlu bekerjasama dengan music publicist bila statusnya masih relatif baru, masih bermain di wilayah kandang mereka.
Ketika materi mereka perlahan mulai menyebar luas dan meledak, diliput oleh beberapa media besar dan semua mata mulai menoleh, di situlah saat krusial untuk berdiskusi dengan seorang music publicist.
Saat angin segar datang, seorang music publicist nantinya diharapkan mampu untuk memperpanjang "masa emas" dari sebuah band yang sedang pelan-pelan naik. Mereka akan mengurusi berbagai penampilan band di media, format tulisan maupun audio, review album, serta berjejaring dan mencocokan dengan apapun bentuk publikasi yang sedang berkembang, sehingga band tersebut dapat selalu hadir dalam tampilan yang tepat. Membaca momentum adalah kuncinya.
Please choose one of our links :