Author :
Article Date : 08/02/2021
Article Category : Super Buzz
Sebagai salah satu band asal Prancis, popularitas Phoenix cukup jadi sorotan sejak pertama kali muncul melalui album perdananya, United di tahun 2000. Menggunakan bahasa Inggris sebagai perantara lirik untuk musiknya, merupakan salah satu strategi dari Phoenix agar dapat menyentuh para penikmat musik secara global. Berkat strategi tersebut, Phoenix berhasil untuk selalu berada di dalam benak penikmat musik yang dengan sabar dan setia menunggu karya-karya terbarunya.
Terkait karya terbaru Phoenix, band asal Prancis ini baru-baru saja mengumumkan kabar bahwa mereka sedang mempersiapkan album ketujuh mereka. Kabar tersebut pertama kali diberitakan melalui sebuah video yang terunggah di akun Instagram resmi milik Phoenix. Pada video yang terunggah tersebut terdapat caption “New Year, new studio #7”. Angka 7 pada akhiran caption tersebut seakan menggambarkan bahwa Phoenix tengah sibuk di dalam studio baru mereka mempersiapkan album ketujuh yang telah dinanti oleh para penggemarnya. Album terakhir dari Phoenix merupakan Ti Amo yang dirilis pada tahun 2017. Hampir 4 tahun Phoenix tidak lagi merilis album.
Meskipun belum lagi merilis album, di musim panas tahun 2020, Phoenix sempat merilis sebuah single berjudul Identical. Phoenix merilis single tersebut sebagai bentuk kolaborasi mengisi soundtrack untuk film berjudul On The Rocks yang rilis tahun lalu hasil karya Sofia Coppola. Phoenix juga sempat mengisi karya film Sofia Coppola lainnya, yaitu Lost In Translation di tahun 2003 dengan lagu berjudul Too Young.
Terkait single Identical yang dirilis oleh Phoenix di tahun lalu, menurut sang vokalis dan frontman, Thomas Mars, rencananya lagu tersebut pun akan dimasukkan ke dalam album ketujuh mereka. Namun hal tersebut bukanlah hal yang pasti, mengingat membutuhkan penyesuaian dari konsep albumnya sendiri. Thomas Mars juga sedikit memberi bocoran mengenai karakteristik musik yang akan Phoenix tawarkan di album ketujuhnya nanti. Menurutnya, karakteristik musik dari album tersebut akan dibuat cukup saru, karena Phoenix masih mencoba untuk melakukan eksplorasi musik dari berbagai macam genre. Mungkin bisa dibilang, album ketujuh dari Phoenix ini akan mengikuti jejak album United yang digarap berkat eksplorasi musik heavy metal dan country. Thomas Mars pun menambahkan mungkin album ketujuh ini bakal sangat terdengar aneh bagi beberapa orang.
Thomas Mars pun mengakui bahwa sebenarnya, sejak tahun 2019 Phoenix pun telah menyiapkan berbagai materi untuk keperluan album anyarnya nanti. Beberapa materi tersebut sempat ditulis oleh Phoenix di Motorbass Studio di Paris. Motorbass Studio merupakan studio milik mendiang Philippe Zdar. Philippe Zdar merupakan seseorang yang kerap jadi kolaborator untuk karya-karya dari Phoenix. Lagu-lagu yang sempat ditulis Phoenix pada tahun 2019 di Motorbass Studio merupakan bentuk dedikasi serta penghormatan untuk mengenang kepergian Philipp Zdar. Phoenix juga mengakui bahwa Philippe Zdar memiliki kontribusi yang sangat besar bagi band asal Paris tersebut. Bahkan jika tidak ada Philippe Zdar, Thomas Mars merasa bahwa Phoenix belum tentu bisa sebesar sekarang.
Baru mengeluarkan album perdana di tahun 2000, Phoenix sebetulnya telah lebih dulu terbentuk di tahun 1997. Phoenix lahir berkat ide kolaboratif antara Thomas Mars, Deck d'Arcy, dan Christian Mazzalai. Ketiganya merupakan teman satu sekolah. Sebelum resmi menamai diri mereka dengan sebutan Phoenix, ketiga pemuda kreatif tersebut sering kali menghabiskan waktu dengan bermain musik di ruang bawah tanah rumah milik Thomas Mars. Selanjutnya, Laurent Brancowitz yang merupakan kakak dari Christian ikut bergabung ke dalam band tersebut. Akhirnya keempat anak muda ini resmi menggunakan nama Phoenix dan secara independen merilis single perdana mereka yang diduplikasi sebanyak 500 keping di bawah naungan label bikinan mereka sendiri Ghettoblaster.
Dedikasi dan semangat dari Phoenix mulai menarik perhatian Source Records, sebuah label rekaman independen di Paris. Di dalam label tersebut, Phoenix pun tergabung bersama Air dan keduanya sering mendapatkan kesempatan untuk dapat tampil di acara televisi di Inggris. Sejak saat itu, nama Phoenix mulai menjangkau penikmat musik di luar Prancis. Semakin hari, semakin dikenal, membuat Phoenix serius dalam bermusik. Akhirnya, di tahun 1999 mereka merilis dua buah single secara resmi melalui Source Records. Kedua single tersebut berjudul Heatwave dan Party Time. Party Time akhirnya mendapatkan tempat untuk mengisi nomor di album mereka United.
Album perdana Phoenix, United, cukup membantu mendongkrak popularitas mereka. Namun, single perdana dari album tersebut, Too Young, hanya berhasil meraih posisi ke-97 di chart lagu Prancis dan peringkat ke-148 untuk tangga lagu di Inggris. Barulah single ketiga mereka untuk United, berjudul If I Ever Feel Better berhasil meraih posisi ke-12 di Prancis dan peringkat 4 di Italia. Album United cukup mendapatkan respon positif dari kritikus musik dan beberapa penggemar Phoenix. Namun, secara komersial album tersebut tidak bisa dibilang mencapai kesuksesan yang diinginkan.
Setelah meninggalkan jejak melalui album United, Phoenix akhirnya kembali dengan album kedua mereka berjudul Alphabetical di tahun 2002. Album kedua inilah yang membuat nama Phoenix mulai mendapatkan sorotan yang cukup besar, tidak hanya di Eropa namun juga di benua besar seperti Amerika Serikat dan Asia. berbagai single yang dirilis dari album tersebut mendapatkan tempat untuk diputar di radio serta lagu mereka yang berjudul Victim of the Crime juga dipilih sebagai soundtrack untuk gelaran runway dari rumah mode ternama, Dior Homme.
Image courtesy of Christian Bertrand/Shutterstock
Please choose one of our links :