Sejak mulai bermusik di usia tujuh tahun, saya sudah merilis album pertama pada 2006. Berjudul Can’t Stop The Beat, album tersebut diproduseri oleh Harvey Mason dan diiringi berbagai musisi jazz kawakan seperti Bo James, Tom Scott, Paul Jackson Jr, Nathan East, hingga Vann Johnson sebagai pengisi vokal untuk “Bengawan Solo” di album tersebut.
Tidak hanya album solo, saya juga berkarya melalui proyek bersama musisi Indonesia seperti Indra Lesmana, Barry Likumahuwa, Adra Karim, Sri Hanuraga, dan masih banyak musisi-musisi hebat lainnya. Sebut saja LLW, Rafi and The Beat, Art of Tree, Her Coat of Arm, dan Zatua. Jajaran karya tersebut adalah refleksi perjalanan karier saya di dunia musik.
Hingga album solo kedua saya hingga Transition yang dirilis di Motion Blue, Yokohama, Jepang pada 2017. Semenjak dirilisnya album tersebut, karier saya di Jepang semakin dikenal oleh penikmat music jazz di sana. Sampai akhirnya pada 2019, tur album Transition meliputi beberapa titik, termasuk Motion Blue Yokohama dan Blue Note Nagoya.
Bukan hanya para penikmat musik saja yang menikmati musik saya, tapi musisi Jepang pun juga turut mendengarkan album saya. Sebut saja Toku, pemain trumpet yang juga memiliki suara merdu ini pun sudah berkolaborasi di Motion Blue Yokohama bersama saat tur Transition.
Tidak hanya sampai disitu, kolaborasi saya dengan musisi Jepang pun berlanjut hingga tur Transition pada Desember lalu yang mengajak tiga musisi Jepang sebagai pendampingnya tur mulai dari Yokohama, Kyoto, hingga Nagoya. Formasi baru khusus tur Jepangnya kali ini menggaet Jun Miyakawa sebagai pianist, Yusuke Morita sebagai bassist, dan Taku Masaada sebagai gitaris.
Selama perjalanan karier saya, beberapa tawaran endorse datang. Namun, belum ada yang pernah saya terima selama 15 tahun berkarir. Hingga pada akhirnya saya dilirik Canopus Drums Japan. Sejak 1977, brand tersebut adalah salah satu perusahaan manufaktur drum terbesar di dunia yang berasal dari Jepang. Tawaran bergabung di Canopus Drums datang pada pertengahan 2019.
Saya pertama kali memainkan Canopus Series yaitu pada di gig Motion Blue Yokohama. Semenjak itu, saya beberapa kali memainkan drums keluaran Canopus setiap kali kunjungan tur Jepang. Tipe yang saya pilih adalah tipe Reinforced Maple Series atau yang dikenal RFM Series. Detail spesifikasinya gear adalah TOM 1 dengan ukuran 10 x 7, TOM 2 dengan ukuran 12 x 8, FLOOR TOM dengan ukuran 16 x 15, dan Base Drum dengan Ukuran 20 x 15 cm.
Pemilihan bahan kayu RFM Kit tentunya menggunakan kayu yang banyak digunakan drum ternama di dunia, yakni kayu maple. Kayu jenis tersebut kerap dipilih karena mudah untuk diatur ke berbagai genre musik. Itulah alasan saya saat memilih RFM Kit. Karakter dari tipe sangat sesuai dengan yang saya inginkan. Sound-nya dry untuk main jazz, selain itu pas banget untuk hip-hop atau saat main vintage music, sound-nya dapet banget. Tapi waktu saya main pop atau funk, sound-nya lebih bright, RFM nih enak, gampang dan cepat buat di-adjust ke berbagai jenis musik.
Lanjut hingga detail tentang pedal dan cymbal yang saya gunakan, sampai saat ini saya belum eksklusif dengan brand tertentu. Saya suka pedal yang kokoh dan agak berat untuk diinjak. Bentuknya juga saya lebih nyaman pakai yang agak besar, karena enak di ukuran kaki saya yang besar. Saat ini saya menggunakan pedal DW 5000. Untuk cymbal sendiri saya menyampaikan bahwa ia menggunakan berbagai macam brand untuk cymbal yang dia gunakan. Mulai dari Zildjian, Mainel, dan Sabian.
Saya suka koleksi cymbal, karena saya juga main berbagai macam genre terus bentuk panggung juga beda-beda. Beda panggung perlu sound yang beda, kalau panggung kecil enaknya cymbal yang sustainnya lebih pendek dan enggak nyaring bunyinya, sebaliknya kalau panggung besar harus yang yang lebih panjang sustain-nya dan lebih bright.
Kurang lebih itulah gear yang saya pakai saat ini. Mulai dari Drum Kit dari Canopus RFM Series, Pedal DW 5000, hingga berbagai jenis cymbals yang selalu saya gunakan untuk berbagai genre musik.
Please choose one of our links :