Setelah berhasil memberi penawar rindu kepada para penggemarnya melalui single Solar Power yang rilis pada bulan Juni lalu dan disambut dengan perilisan album penuh ketiga dua bulan setelahnya. Kali ini Lorde kembali muncul untuk melanjutkan tema besar yang coba diangkat oleh sang musisi melalui albumnya. Tema besar tentang lingkungan dan alam yang coba diangkat oleh Lorde kali ini diwakili dengan single berjudul Fallen Fruit.
Fallen Fruit jadi single keempat yang resmi dirilis oleh Lorde sebagai bagian promosi dari Album Solar Power. Rilisnya single terbaru dari Lorde ini juga dilengkapi dengan aspek visual dari video klip untuk memberikan pengalaman yang lebih penuh dan imersif kepada para penggemarnya. Selain itu, konsep visual ini juga diyakini oleh Lorde sebagai medium yang baik untuk dapat menceritakan apa yang dirinya coba tawarkan lewat album Solar Power.
Secara jelas, Lorde mengutarakan keresahannya terhadap dampak negatif perubahan iklim yang ekstrem beberapa tahun ke belakang melalui lagu Fallen Fruit. Dalam liriknya juga terdapat momen konfrontasi yang dilakukan oleh Lorde kepada para generasi pendahulunya yang tidak mendahulukan aspek lingkungan dan alam ke dalam setiap keputusan yang dibuat. Melalui lagunya, Lorde juga bertanya-tanya tentang bagaimana cara dirinya untuk menjaga keseimbangan dunia di tengah kepastian punahnya beberapa aspek lingkungan dan alam di sekelilingnya.
Keresahan tersebut digambarkan dengan baik melalui video klip yang rilis pada awal November lalu. Dalam video klip tersebut, Lorde kembali mengunjungi pantai ikonis yang jadi latar belakang video klip single Solar Power sebelumnya. Namun kali ini arahannya dibuat sangat berbeda. Jika para penikmat musik Lorde bisa menikmati keceriaan yang ditawarkan oleh video klip dari single Solar Power. Untuk konsep visual dari single Fallen Fruit ini dibuat secara kelam, kosong, bahkan ada sedikit sentuhan destruktif.
Lorde ingin membagikan sudut pandang lainnya, bahwa meskipun alam jadi tempat yang bebas. Namun setiap orang punya tanggung jawab untuk menjaganya. Menurutnya konsep visual tersebut cukup menggambarkan tentang keresahan yang dialami oleh Lorde mengenai alam yang dianggap sebagai tempat aman di masa depan, semakin hari jadi semakin tidak bisa ditinggali.
Terkait album ketiganya sendiri, Lorde juga baru saja merilis ulang kembali album Solar Power. Kali ini, Lorde merilis album tersebut dalam versi deluxe. Dalam versi tersebut, Lorde menambahkan dua buah lagu berjudul Helen Of Troy dan Hold No Grudge. Rencananya versi deluxe album Solar Power ini akan dirilis dalam versi digital. Kedua lagu tersebut sebenarnya bukan lagu baru bagi para penggemar setia Lorde. Pasalnya, musisi asal Selandia Baru ini sudah memasukan dua buah lagu tersebut ke dalam album fisik dari Solar Power.
Keresahan dan perhatian Lorde terhadap alam dan perubahan iklim bukan hal baru yang dikampanyekan oleh sang musisi. Hal tersebut sudah menjadi bagian dari dirinya. Bahkan Lorde sempat melakukan ekspedisi ke Antartika di tahun 2019 untuk memahami lebih dalam terkait dampak negatif dari perubahan iklim.
Lorde mengakui bahwa sejak masa kanak-kanak dan berhasil membaca untuk pertama kali, dirinya tertarik untuk mempelajari serta mengetahui lebih lanjut tentang benua Antartika. Maka dari itu, perjalanan yang Lorde lakukan di benua es tersebut dapat dianggap sebagai sebuah impian yang jadi kenyataan. Namun bukan soal impian yang jadi kenyataan saja, dalam beberapa tahun terakhir, Lorde mulai mengalihkan perhatiannya terhadap kondisi alam yang semakin memprihatinkan. Di masa itu, Lorde juga mulai memikirkan cara bagaimana untuk mulai mengubah kebiasaan yang dilakukan demi mengurangi dampak buruk yang berkelanjutan untuk alam, seperti jejak karbon yang dihasilkan dari perjalanan serta kebutuhan logistiknya sebagai seorang musisi internasional.
Perjalanan ke Antartika yang dilakukan oleh Lorde ini disponsori oleh yayasan penyelamat lingkungan di tempat dirinya berasal dengan fokus menjaga kestabilan dan kondisi alam di benua Antartika bernama Antarctica New Zealand. Kesepakatan antara Lorde dan pihak Antarctica New Zealand terjadi jauh sebelum dirinya mulai menggarap materi untuk album keduanya, Melodrama yang rilis pada tahun 2017 lalu.
Menurut Lorde, benua Antartika memiliki peran sebagai sebuah alat pembersih besar yang membantu keberlangsungan alam di seluruh dunia. Maka jika, seluruh manusia mulai mengabaikan kondisi alam di lingkungannya, maka tidak mungkin bahwa kerusakan alam akan membawa dampak buruk terhadap populasi manusia di kemudian hari. Sepulangnya dari benua Antartika, Lorde juga menulis sebuah esai yang dipublikasikan melalui majalah New Zealand Metro.
Dalam esai tersebut, Lorde mengungkapkan kekhawatirannya atas kebijakan pemerintah Amerika Serikat yang mengundurkan diri dari kerja sama negara-negara lain untuk segera mengatasi permasalahan di Antartika melalui Paris Agreement. Melalui esai yang ditulisnya, Lorde melihat degradasi yang memprihatinkan terkait kondisi benua Antartika saat ini. Banyak sekali gunung es yang mulai meleleh dan secara perlahan mengalir ke laut di bagian selatan Antartika.
Mengenai perjalanannya ke benua yang identik dengan keberadaan es dan udara dingin nan ekstrem, Lorde berkeinginan untuk merilis sebuah buku dokumentasi berisi 100 foto tentang perjalanan dan aktivitasnya saat melakukan eksplorasi di Antartika. Bahkan Lorde telah mempersiapkan judul untuk buku dokumentasinya tersebut, Going South. Buku dokumentasi perjalanan Lorde tersebut telah bisa dipesan dan akan segera dirilis pada bulan Februari 2021.
Lorde juga menginformasikan bahwa setiap penjualan dari bukunya tersebut akan disumbangkan untuk pembiayaan program beasiswa pasca sarjana yang dikelola oleh Antarctica New Zealand. Selain itu, bagi 500 pemesan pertama akan mendapatkan tambahan kartu pos yang ditanda tangani oleh Lorde secara personal.
Image courtesy of Christian Bertrand/Shutterstock
Please choose one of our links :