Author :
Article Date : 09/08/2020
Article Category : Super Buzz
Semenjak tahun 1970-an, kultur dan budaya punk terus berkembang. Ketika tiba pada perluasannya menjadi subgenre hardcore yang lebih ngebut, banyak yang bisa dikatakan “berubah”, termasuk juga selera fesyen gerakan punk, terutama untuk alas kaki.
Tidak lagi dengan sepatu boots Dr. Martens, hardcore menjadi transisi dimana budaya punk berkelindan dengan sneakers. Filsafat yang dipegang menjadi modal beroperasi, pun juga alasan memilih sepatu sporty macam Chuck Taylor dan Nike.
Sepatu New Balance 574 diadopsi oleh skena hardcore karena estetika minimalis dan fungsionalitas yang cocok dengan apa yang mereka lakukan: crowdsurf, moshing, hingga berjingkrak di atas panggung. Secara fesyen, sepatu lari ini memang sangat kontras dengan boots Dr. Martens yang marak di gerakan punk 70-an, namun ia memberikan nafas baru yang lebih “segar”di tahun 80-an.
“Kita hidup bersih selagi masuk dan mendalami punk--itulah pemberontakan kita,” tutur frontman grup Youth of Today, Ray Cappo kepada Rolling Stone. “Saat nongkrong dengan anak-anak punk di Lower East Side, New York, saya sadar narkoba di skena punk itu lebih parah dibandingkan ketika di SMA. Kita hidup dengan etika yang bersih, hal itu direfleksikan oleh apa yang kami kenakan. Kita bangga dengannya.”
New Balance juga jadi brand sepatu yang tidak menggunakan produk binatang; salah satu filsafat skena hardcore yang kala itu sedang panas-panasnya.
Di tahun 1986, Youth of Today merilis album yang jadi tampilan visual gerakan hardcore dalam cakupan yang lebih luas. Break Down the Walls menampilkan celana lari nylon dari Salvation Army, juga sepatu Air Jordan; kombinasi sporty yang dipakai oleh Cappo jadi kiblat bagi banyak remaja hardcore dengan huruf “X” di tangan mereka.
Saya beli Air Jordan ini karena mereka murah, atletis dan non-leather. Saya bukan fans kancah olahraga, tapi saya rasa ini adalah sneakers yang keren.”
Melalui pilihan-pilihan sneakers yang terbilang unik inilah Youth Of Today mampu melepas dogma fesyen punk yang berawal dari Vivienne Westwood circa 70-an saat menyulap the Sex Pistols dan skena punk UK menjadi ikon pemberontakan. Mereka jadi band yang memperkenalkan punk pada budaya sneakers.
Jaket varsity, Nike high-top, sepatu Vans, rambut crew cut pirang, dan hidup bersih--inilah bentuk punk baru yang bergerak ramai kala itu, dan sama seperti moyangnya, ia menjadi ekspresi dari apa yang dipercayai oleh masing-masing individunya. Meski begitu, bukan hanya Jordans dan New Balance yang jadi sepatu andalan skena hardcore di tahun 80-an.
“Sneakers itu sepatu perang pasukan straight edge,” ujar John Porcelly, gitaris Youth Of Today, kepada The Hundreds. “Kita adalah sebuah gerombolan yang diisi dengan teman-teman dekat, jadi ketika sepatu keren baru keluar, kita semua membelinya. Air Jordan, Vans low-top dengan tali warna-warni, Chukka boots Vans, Nike, bahkan Converse All Star jadi favorit kita untuk beberapa saat. Terserah mau dibilang apa, tapi ada yang hebat dari melihat 20 anak-anak bersepatu sama dengan logo X di tangan mereka, berjalan masuk ke sebuah acara band.”
Semua ini pun menjadi sajian visual baru dari budaya dan gerakan punk--menggantikan tampilan mohawk dan sepatu boots yang sudah jadi stigma fesyen dalam musik pemberontakan dan perjuangan tersebut.
*Foto diambil dari berbagai sumber di internet
Please choose one of our links :