Hello, bagaimana kabarnya Superfriends? Semoga sehat selalu ya. Gue akan share cerita gue selama pandemi dari perspektif gue tentunya. Gue yakin banyak dari kalian yang mengalami fase kebingungan secara purpose bermusik ketika pandemi melanda. Semoga apa yang gue tulis ini bisa menginspirasi kalian yang masih nge-lag karna pandemi.
Masih bisa gue ingat awal 2020 lalu Saptarasa baru saja melakukan meeting perencanaan yang cukup mantap di bilangan Jakarta Selatan saat itu. Mulai dari perencanaan produksi hingga promosi sudah kami rencanakan matang-matang dibawah naungan tim manajemen baru. Tiba-tiba saja semua menguap begitu saja di masa PSBB. Beruntung kami belum terlalu banyak menggelontorkan biaya produksi yang banyak. Yang dirasa saat itu seperti ada remote Maha-Masif dan seseorang telah menekan pause untuk dunia musik saat itu.
Selayaknya kebanyakan musisi yang planning-nya berantakan, recording pun ditunda dan tawaran manggung pun nihil. Banyak yang tidak berani keluar rumah saat itu, akibatnya kesulitan jg untuk latihan. Gue pribadi masih berusaha enjoy dengan membuat beberapa video cover dan live video yang direkam secara terpisah bersama Saptarasa. Namun lama kelamaan sparks-nya mulai hilang dan kami pun seperti tidak jelas tujuannya mau ngapain. Rencana yang semula matang akhirnya menguap. Walau gue masih bekerja di sebuah media massa dan selamat dari seleksi PHK, tapi menjalani keseharian tanpa path bermusik yang jelas membuat gue seperti setengah hidup karena ada purpose yang tidak terpenuhi.
Setahun berlalu, di masa ‘ngambang’ itu gue hengkang dari THE GRGTZ karena perbedaan pendapat. Butuh waktu yang tidak sebentar untuk memulai kembali api yang telah hilang. Tapi akhirnya gue mulai dengan menulis lagu untuk band gue, Saptarasa, dan untuk beberapa musisi/produser yang gue belum bisa sebut namanya karena masih confidential. Gue juga menjadi marketing usaha band wedding teman, bantu-bantu cari job on air buat bokap (Joni Iskandar) sampai membantu sebuah start-up yang juga berhubungan dengan musik.
Pertengahan tahun ini gue membuat SOWRITE, kursus menulis lagu untuk pemula yang akan segera gue buka. Menurut gue, di masa pandemi yang ga ada panggungan ini adalah saat yang tepat buat nabung lagu sebanyak dan sebagus mungkin. Namun gue melihat, tidak banyak pula musisi yang bisa menulis lagu. Bahkan yang sudah bisa-pun tekniknya masih cukup terbatas. Gue-pun melihat banyak sekali menjamurnya kursus instrumen maupun vokal, namun sedikit sekali kursus menulis lagu. Disitulah gue melihat celah yang cocok dengan purpose bermusik gue sejak dahulu.
Memang tidak ada aturan pasti dalam menulis lagu, namun ada beberapa tools yang bisa membantu. Background gue membuat gue berani memulai langkah ini. 10 tahun lebih gue ngeband, gue lebih sering dan excited ngulik tentang songwriting ketimbang yang lain-lain. Ditambah dulu gue sempat sekolah bahasa dan belajar sastra juga, ilmu yang sangat terpakai juga untuk teknik menulis lirik. Bahkan gue juga sempat belajar banyak lewat sebuah komunitas menulis lagu yang dibuat oleh Mbak Endah Widiastuti, yaitu EAR HOUSE Songwriting Club. Dari sana juga gue bertemu beberapa musisi dan penulis yang rela sharing ilmu untuk menunjang kemampuan komunitas tersebut.
Banyak semangat yang jatuh, purpose yang hilang ataupun banjir rencana yang terdistraksi. Namun tangkaplah lagi mimpi-mimpimu itu. Mimpi yang setiap malam mengecup keningmu untuk kamu realisasikan. Jangan jadikan pandemi sebagai alasan untuk runtuh, hidupkan semangat I DARE kamu kembali. Seperti yang gue tulis di artikel-artikel gue sebelumnya: Adakanlah yang tidak ada karena yang tidak ada itu ada. Silahkan tafsir sendiri. Hehehe.
Please choose one of our links :