Inner Stance menjadi sebuah rilisan single terbaru dari kuartet asal Bandung, The Hollowcane. Single ini berangkat dari kegelisahan mereka atas perubahan-perubahan kondisi alam akibat tingkah laku manusia. Materi terbaru dari The Hollowcane ini resmi dirilis pada 11 Juli 2022.
Kuartet yang beranggotakan Ega MP pada gitar dan vokal; Ilham pada bass; Anjar pada synthesizer; dan Dicky pada drum merilis materi terbaru ini bertepatan dengan perayaan Hari Populasi Sedunia. Dalam rilisan persnya, The Hollowcane mengatakan bahwa perubahan semesta malah menjadi tidak lebih baik. Alam semakin cepat berubah, gunung menjadi gedung, dan tanah menjadi aspal. Dari kegelisahan itulah mereka menciptakan lagu ini.
Cuplikan lagu ini telah mereka bocorkan di akun Instagram mereka pada 11 Juli 2022. Sementara single Inner Stance ini secara eksklusif melalui situs resmi mereka, atau melalui topik di YouTube mengenai band dan lagu barunya ini.
Dalam prosesnya, The Hollowcane dibantu oleh sejumlah rekan-rekannya di balik layar. Yoni Gayot muncul untuk menggarap mixing dan mastering. Anjar dan Uus (Baus) mengerjakan aransemen musik, ada juga Kaulika Hatmadi yang vokalnya ditampilkan sebagai vokal latar. Seluruh proses penggarapan lagu ini direkam di markas The Hollowcane sendiri.
Materi tersebut pun juga menjadi sebuah jembatan menuju album penuh kedua The Hollowcane yang belum diketahui jadwal perilisannya. Rangkaian tur pun juga sedang mereka persiapkan dengan tajuk The Hollowcane Tour 2022. Selain itu, single Inner Stance ini juga akan menjadi sebuah soundtrack dari video skateboard yang dijadwalkan rilis pada bulan Agustus mendatang.
Single baru ini juga menjadi satu lagi cerita dari perjalanan diskografi The Hollowcane. Pada 2021 lalu, The Hollowcane sempat merilis single Verbal Irony bersama STARHEADBODY, menyusul album debut mereka Sound of The Mountain di tahun 2019.
Dalam sebuah pernyataan, Ega, sang vokalis The Hollowcane, menyebutkan bahwa lagu-lagu mereka lebih enak didengarkan sembari main skateboard. Pernyataan itu menyusul dirilisnya single Sound of the Mountain yang dirilis pada Juni 2019 lalu. Setelah itu, band asal Bandung ini pun mulai bertandang dari panggung ke panggung memperkenalkan diri dan lagu-lagunya.
Vokalis Ega mengatakan nama The Hollowcane ini sudah didapatkan lama sebelum band ini terbentuk, tetapi ia juga sudah mempersiapkan stok kata-kata bagus yang bisa ia gunakan untuk menamai sesuatu.
“Awal terbentuknya itu gara-gara saya membentuk band berdua bersama Dicky pada tahun 2018 akhir, tapi setelah lagunya jadi, kami merasa masih ada yang kurang,” tambahnya.
Sadar akan kekurangan itu, mereka pun mulai melakukan pencarian personel tambahan. Bersama Dicky, Ega sempat merekrut Rangga “Cepot” dari band Nemesis untuk mengisi vokal. Ia memilih Cepot karena ia mereka tidak bisa nyanyi. Namun, kerja sama tersebut tidak berlangsung lama dan kelahiran The Hollowcane akhirnya harus tertunda.
Setelahnya, Ega dikenalkan temannya kepada seorang sound designer dan mencoba membuat dummy lagu. Ega pun menyadarai ternyata hasilnya tidak terlalu buruk saat saya bernyanyi, dan ia pun menjadi vokalis The Hollowcane sampai hari ini. Lalu, mereka merekam materi album debutnya dan prosesnya berlangsung dari Februari hingga April 2019. Kelahiran The Hollowcane pun cepat tersebar, bahkan tawaran untuk mereka tampil terus berdatangan.
Akhirnya, Ega bertemu dengan Ilham yang diajak untuk mengisi posisi bass untuk The Hollowcane. Setelahnya, Anjar mulai bergabung setelah penampilan pertama The Hollowcane pada sebuah acara radio. Ega mengatakan bahwa bandnya saat itu ingin menambah satu suara musik lainnya sebagai pemanis untuk lagu-lagu mereka. Akhirnya, mereka sempat menjadi kuintet hingga merilis single Sound of the Mountain sebagai perkenalan untuk album penuh mereka.
Musik The Hollowcane, menurut Ega, memang tepat untuk skateboard. Tetapi, menurutnya, Ega membebaskan pendengar untuk mendefinisikan musik The Hollowcane, tapi sepertinya boleh juga digambarkan sebagai musik yang enak didengar pada saat bermain skateboard.
Bukan tanpa alasan, ini karena pada saat The Hollowcane membuat materi-materinya, Ega sedang teringat beberapa soundtrack pengisi video-video skateboard yang ia sering simak pada era 2000-an awal. Bagi Ega, lagu-lagu dari soundtrack itu punya nada-nada yang cukup memacu adrenalin dan amat berkesan buatnya.
Dari 10 lagu yang direkam, The Hollowcane telah memilih sembilan buah trek untuk menjadi tracklist pada album debutnya, Sound of the Mountain yang rilis pada Desember 2019 lalu. Menurut Ega, tema besar albumnya adalah tentang self-reflection.
Ega menambahkan, “Tema tersebut juga nantinya tercermin pada artwork-nya. Untuk menggarapnya kami bekerjasama dengan seorang illustrator asal Ukraina.”
Buat Superfriends yang penasaran dan belum pernah mendengarkan materi-materi The Hollowcane sebelumnya, kalian bisa simak album debut Sound of the Mountain berikut ini.
Please choose one of our links :