Superfriends, penghujung tahun selalu menjadi periode yang menarik bagi saya. Sebab, tiba saatnya memberi penghormatan bagi album-album terfavorit yang hadir selama dua belas bulan terakhir, entah itu dari dalam maupun luar negeri, bebaskan saja.
Sayangnya, karena feature ini ditulis pada bulan Oktober, daftar ini mungkin akan sedikit bertambah panjang pada Desember nanti. Yang pasti, memberi dukungan kepada musisi lokal sifatnya harus lebih sparatis dan giat.
Oleh karena itu, saya ingin mendedikasikan waktu untuk mengulas beberapa rilisan dalam negeri terbaik (sejauh ini) yang terus berputar di akun streaming musik saya. Genrenya beragam, meski kurang lebih masih seputaran musik rock dan segala macam bentuk peranakannya. Khusus daftar album luar negeri terbaik nampaknya cukup di postingan Instagram saja nanti.
Seperti dalam beberapa tulisan saya sebelumnya, karena keterbatasan waktu, pengetahuan dan hal-hal lain dari saya, bagi kalian yang juga memiliki rekomendasi menarik dari masing-masing kota atau sesuai selera pribadi, silakan dan jangan ragu-ragu untuk membanjiri kolom komentar Supermusic dengan daftar rilisan pilihan kalian, dari ujung barat sampai ke pelosok timur ditampung, Superfriends. Sikat!
Strap yourself in and here's the list:
Pullo – Common Wine
Memainkan musik bernuansa muram namun tetap dapat terdengar gagah jelas bukan perkara mudah. Sudah seharusnya lebih banyak mata lagi menoleh ke album penuh berjudul Common Wine dari Pullo. Pattern gitar yang diramu sedemikian mungkin hingga menghasilkan nada-nada menyayat yang indah, hentakan drum yang tentu saja repetitif cenderung membosankan, ternyata kawin dengan kokohnya suara sang vokalis. Saya berani bertaruh, mereka akan mampu menerobos pentas-pentas terbaik kancah dalam negeri setelah ini.
Masakre – Morbid Extinction
Sebagai band crusty-infused black metal, sudah wajib hukumnya untuk menggonggong sebrutal mungkin. Masakre melibas siapa saja yang menyimak rilisan mereka dengan kecepatan maksimal. Yang membedakan Morbid Extinction dengan kebanyakan band gelap lainnya adalah eksekusi dalam meramu materi dan racikan tata suara rasanya diberi perhatian sangat ekstra. Bunyi yang seharusnya menusuk dan tidak nyaman, jadi terdengar amat mewah, sehingga menempatkan mereka menjadi yang terbaik di lembahnya.
Swarm – Menyerbak Asap
Menyerbak Asap hadir dengan begitu menohok. Empat materi milik Swarm diproduksi secara apik untuk membalut satu kesatuan nada yang progresif. Dibanting di satu sisi, diayun dengan nyaman di sisi lainnya. Penulisan lirik dan pemilihan diksi dalam bahasa Indonesia-nya puitis dan tidak norak, menambah kesan semakin dalam kesan ketika mendengarkan rilisan ini.
The Jansen – Banal Semakin Binal
Gejolak kehidupan remaja dengan berbagai macam keluh kesahnya disampaikan dengan paten. The Jansen tahu benar bagaimana cara menjadi punk rockers tanpa perlu sok gagah dan keblinger sendiri dengan muatan lagu yang kadang terdengar boring, seperti kebanyakan band punk belakangan ini. Banal Semakin Binal terasa sejujur itu dalam memotret kehidupan mereka ketika berada di beragam situasi. Kalau ada yang bilang punk rock sudah mati, katakan pada mereka The Jansen adalah penyelamatnya.
Blckhwk – Decomposing Rotting Flesh
Tujuh belas lagu selama 32 menit saja jelas membuktikan kalau Blckhwk tidak perlu banyak pertimbangan saat menyampaikan agresi mereka. Intens, padat, punya daya pukul amat telak. Tidak perlu banyak cakap untuk Decomposing Rotting Flesh, mainkan dan benturkan kepala kalian ke benda keras di sekitar.
Image source: Shutterstock
Please choose one of our links :