Author :
Article Date : 08/03/2017
Article Category : Super Buzz
Anoa Records
Nilai: 7.9/10
Gelombang para pejuang revivalis rock alternatif kian bertebaran belakangan tahun ini di tanah air. Kebangkitan produk dari rock alternatif yang sempat bersemayam lama, akhirnya muncul kembali ke muara permukaan lewat segelintir pegiat loyal yang seolah tak ingin digerus zaman. Namun dari sekian banyak para penampil, tak banyak dari para revivalis lokal yang mampu merepresentasikan dengan bijak entitas yang mereka usung. Banyak yang bermunculan akibat arus siklus dari tren, tapi tak sedikit pula yang berujung numpang lewat saja.
Namun hal ini tak berlaku bagi unit duo asal Jakarta, Barefood. Mereka dengan baik berhasil menerjemahkan muatan musiknya. Tak sekedar selebrasi mengenang ulang kejayaan era 90-an semata, lebih dari itu, duet sohib Ditto Pradwito dan Rachmad Triyadi mampu mencampuradukkan warna-warni ingatan yang sempat tertuang bagi khalayak yang pernah merayakan era kebesaran Kurt Cobain tersebut.
Lewat opus terbaru mereka bertitel Milkbox, Barefood seperti menandakan sirine, mengingatkan para pelaku rock alternatif untuk tetap berjuang sebagai revivalis yang konsisten dan tak serta-merta hanya bagian dari tren musik yang numpang lewat ala kadarnya.
Desain sampul album terpampang visual sesosok wanita muda nan stylish yang tengah menenggak sebuah kotak susu hingga tumpah berlumuran. Mari lupakan sejenak perihal wanita menggoda itu. Jika menelisik album lebih ke dalam, terdapat muatan repertoar sebanyak sembilan muatan lagu yang dijejali rapi.
Dibuka dengan nomor yang sama dengan judul album, “Milkbox” tanpa basa-basi menghujam keras ke telinga para audiens. Fusi antara punk dan alternative terbungkus secara apik. Tanpa intro, selayaknya anthem yang pas menemani kalian sembari berseluncur dengan papan skateboard bersama karib di sore hari sembari bergaya slengean.
Merangkak naik ke repertoar lainnya, Barefood begitu paham aturan cara main di ‘ranah’ mereka sendiri. Deretan sesajen sakral seperti perlengkapan tempur penuh dengan hantaman distorsi, tremolo gitar hingga fuzz diaplikasikan dengan baik. Secara naik-turun keseluruhan lagu yang disajikan mampu memainkan peranannya secara efisien. Mulai dari luapan amarah hingga melankolia dihadirkan secara beriringan oleh Barefood. Seperti yang ada di track “Grown Up, “Candy”, “Hitam”, dan “Sugar”.
Namun yang patut disimak dari keseluruhan daftar lagu adalah terdapat dua track berbahasa Indonesia. Dua lagu relevan mumpuni berjudul “Hitam” dan “Biru” layaknya sebuah karya berwarna di dalam film. Jika “Hitam” adalah pembuka yang kelam dan terkesan penuh amarah, maka “Biru” adalah lanjutan bagian sekuel dari lagu pertama. “Biru” mendentum dengan lembut penuh haru, terkesan terjangan nuansa pop-ish berkelas.
Kredit khusus buat Barefood yang setidaknya mulai mencoba bereksplorasi menggunakan diksi berbahasa Indonesia. Bukan rahasia lagi kalau permasalahan lirik bahasa sendiri kerap kali menjadi tembok penghalang, tanpa mengurangi rasa hormat. Maka tak heran hampir mayoritas pegiat kancah alternative rock di subgenre indie rock maupun shoegaze lebih menyukai penggunaan bahasa asing ketimbang bahasa sendiri dalam meramu karya mereka.
Sajian di repertoar Milkbox secara keseluruhan nampak menjanjikan. Barefood perlahan mulai matang secara kedalaman kualitas materi, dibanding album mini terdahulu yakni Sullen. Mendengarkan Barefood ibarat kembali membuka kotak memori berstempelkan cap era jaya 90-an yang telah usang dirayapi debu. Penuh ingatan memorabilia pahit, manis, hingga agresif. Sesuai judul album, Milkbox berisikan nutrisi yang pas untuk dikonsumsi para pendengar dari segala konteks musik.
Track-track esensial: “Milkbox”, “Biru”. “Sugar”, dan “Hitam”
Please choose one of our links :